Begini Seharusnya Langkah Cantik Istri Mencegah KDRT

Sekarang ini lagi ramai kasus Rezky Billar dan Lesti Kejora ya ibu-ibu?

Gosip hot nih yang lagi trending dimana-mana. Berita yang keluar dan yang kita percayai saat ini adalah suaminya membanting dan mencekik istri karena emosi setelah dituduh berselingkuh.

Seperti apa kronologinya, kita belum tahu pasti. Jadi, yang akan kita bahas disini bukanlah berita Rezky Billar dan Lesti Kejora melainkan bagaimana cara mengantisipasi atau mencegah terjadinya KDRT.

Apakah KDRT bisa dicegah Mbak Meida? Inshallah bisa. Lalu bagaimana caranya Mbak? Simak live streaming saya sampai akhir ya.

Tapi sebelum kita diskusi bareng, saya ingin ibu membantu saya membagikan link live streaming saya ini sebanyak mungkin.

Boleh dibagikan di grup-grup WhatsApp, grup-grup Facebook atau dibagikan ke siapapun yang menurut ibu membutuhkan materi ini.

Siapa tahu dengan membagikan materi ini, teman, kerabat atau saudara ibu ikut bergabung dan terinspirasi dari sini ya.

Sehingga mereka jadi lebih mudah mendapatkan solusi dari permasalahan yang sedang mereka hadapi. Inshallah ini akan jadi ladang pahala juga bagi ibu.

Sudah dibagikan ya? Alhamdulillah, terima kasih. Baiklah, sekarang kita lanjutkan.

Coba saya mau dengar nih, komentar ibu-ibu semuanya disini mengenai kasus KDRT Rezky Billar dan Lesti Kejora. Jika ibu menjadi Lesti, kira-kira tindakan apa yang akan ibu lakukan?

  1. Apakah langsung menceraikan suami?
  2. Apakah menceraikan dan mempolisikan?
  3. Apakah berdamai dan balikan?

Ayo ditulis sini pendapatnya, saya ingin tahu jika ibu-ibu (amit-amit ya) jadi korban KDRT, tindakan seperti apa yang akan ibu lakukan?

Dari kebanyakan kasus KDRT yang saya terima, korban disini tidak berani melapor pada pihak berwajib. Tidak berani melakukan tuntutan perceraian pada suami.

Pertama, tidak berani melapor pada yang berwajib karena takut jika sang suami memiliki citra buruk di mata lingkungan sosialnya.

“Nanti mental anak-anak saya gimana Mbak, kalau tahu bapaknya ini pernah jadi narapidana dengan tuduhan melakukan kekerasan terhadap ibunya?”

“Saya takut kalau anak-anak saya dipojokkan lingkungan sosialnya karena bapaknya ini pernah dipenjara.”

Ini ketakutan pertama. Ketakutan kedua terjadi pada istri yang belum berani bersikap mandiri. Bukan hanya mandiri dari segi finansial saja ya. Tapi juga belum mandiri secara emosional.

Contoh, ada klien saya yang diam saja tidak berani menceraikan suami setelah di KDRT karena kebetulan klien saya bergantung secara finansial dengan sang suami.

Ada lagi klien saya yang bekerja, memiliki penghasilan sendiri, tapi di KDRT suaminya ya tetap saja tidak mau pisah. Nah, setelah saya selidiki ternyata beliau ini bergantung secara emosional dengan suami.

Apa-apa selalu minta tolong dikerjakan suami, merasa sepi kalau tidak ada suami, kesehariannya hanya kerja lalu pulang, tidak belajar bersosialisasi dengan yang lain, sehingga ketika disiksa suami secara verbal maupun fisik, beliau tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bingung. Karena dia menganggap suamiku adalah pahlawanku yang selalu membantuku mengerjakan segala hal.

Dari sini sudah terlihat jawaban sebenarnya ya, tentang bagaimana cara mencegah KDRT. Yakni, belajar mandiri. Jangan bergantung 100% pada suami dalam segala bidang.

Jika ibu disini mampu untuk bekerja, maka bekerjalah. Tidak peduli berapa hasilnya yang penting belajar mandiri secara finansial dulu.

Jika ibu disini apa-apa selalu dikerjakan suami, mulai sekarang belajarlah menguasai segala pekerjaan rumah tangga. Bukan untuk memonopoli urusan rumah tangga ya. Tapi untuk mengantisipasi KDRT itu tadi lho.

Contoh jika selama ini suami selalu ganti tabung gas, ibu juga harus belajar. Sesekali nanti ibu sendiri yang pasang. Jika selama ini selalu dimanja suami dan hal ini membuat ibu kerdil dalam mengurus urusan rumah tangga, ini harus dihindari.

Karena ketika terjadi hal yang tidak ibu inginkan seperti KDRT, maka ibu tidak akan takut membuat keputusan. Karena ibu tidak bergantung 100% secara emosional dengan suami.

Kemudian langkah kedua untuk mencegah KDRT adalah membangun ikatan emosional dengan suami. Perbanyak mendengarkan suami, bertanya mengenai masa kecilnya (seperti apa dulu diperlakukan orang tuanya) karena ini sangat mempengaruhi respon suami terhadap aksi ibu.

Orang yang temperamental biasanya sewaktu kecil tidak diajari orang tuanya mengenal dan mengekspresikan emosi secara tepat. Anak itu sejak kecil harus diajarkan definisi emosi yang tepat, bagaimana cara mengekspresikan dan mengendalikannya.

Marah itu seperti apa, apa penyebabnya, bagaimana cara mengungkapkan kemarahan. Sedih itu seperti apa, apa penyebabnya dan bagaimana cara mengungkapkan kesedihan dsb.

Nah, anak-anak yang tidak diajak berkenalan dengan emosi maka mereka cenderung mengekspresikannya dengan cara yang salah. Marah dengan cara banting barang, sedih dengan cara menangis berlebihan dan terlalu larut dst.

Jika suami ibu ternyata temperamental, maka ibu perlu mendekati suami secara emosional. Memang sebagai istri, ikhtiarnya perlu ekstra sabar ya. Bicara pakai nada lembut, mendekati lebih dulu, bertanya lebih dulu, jadi pribadi yang selalu hangat dsb.

Inshallah 2 cara sederhana ini jika diterapkan secara konsisten bisa membantu mencegah terjadinya KDRT. Karena seringkali KDRT terjadi itu karena luapan emosi. Maka, tindakan preventifnya adalah membantu suami mengelola emosinya.

Loading

Suami Hanya DIAM Saat Bertengkar? Ini Cara Slay Menghadapinya

Saya sering banget baca komentar dari teman-teman di media sosial bahwa tiap kali bertengkar, sang suami ini hobi diam.

Ada yang ditinggal sibuk main HP, nutup telinga pakai guling, ada yang ditinggal pergi padahal istri masih nyerocos tiada henti.

Intinya jika ditarik kesimpulan suami ini saat bertengkar responnya hanya diam. Padahal disini istri sedang mengeluarkan uneg-unegnya dengan cara emosi.

Artinya, dia butuh ditenangkan oleh suaminya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, suami yang pergi menenangkan diri. Ini sedikit lucu ya.

Kemudian banyak yang bertanya pada saya, “bagaimana Mbak Meida cara menghadapi suami yang hanya diam saat bertengkar seperti ini?”

Diamnya suami ibu ini bukan tanpa alasan. Kemungkinan dia sudah pernah berbicara dan memberikan solusi tapi tidak ibu dengarkan karena ibu mengutamakan emosinya.

Ayo siapa disini yang suka bersikap begini? Harus berani jujur lho ya!

Ada juga suami yang bosan atau jenuh mendengar istrinya ngomel, dia tidak mau menambah masalah baru sehingga memilih untuk diam.

Apapun alasan dibalik diamnya suami, jelas ini tidak baik dan tidak boleh diteruskan. Sebagai anggota keluarga yang waras, ibu harus mencari cara untuk membuat suami mau mengungkapkan pendapatnya saat bertengkar.

Salah satu cara yang bisa ibu manfaatkan adalah dengan mencari waktu untuk ngobrol berdua. Pastikan saat mengajak ngobrol berdua, suami ibu dalam keadaan bagus moodnya.

Selanjutnya, ibu bisa gunakan nada yang lembut, halus dan sedikit manja. Jelaskan pada suami bahwa “pertengkaran-pertengkaran yang selama ini sering terjadi sebenarnya bisa dihindari jika kita berdua mau jujur mengungkapkan emosi masing-masing.”

“Kira-kira apa yang bisa aku lakukan agar kamu bisa nyaman mengungkapkan keinginan ataupun emosimu? Apakah aku harus memulainya lebih dulu atau aku perlu lebih rajin lagi bertanya padamu?”

Selanjutnya ibu dan suami bisa bicara jujur dari hati ke hati mengenai bagaimana kita ingin diperlakukan. Inshallah hal ini bisa mengurai konflik dan mengantisipasi diamnya suami saat berkonflik.

“Saran Mbak Meida ini sudah pernah saya coba tapi tidak berhasil!”

Nah, akan ada orang yang bicara seperti ini. Jika sudah bicara berdua dari hati ke hati tapi hasilnya zonk, maka ada masalah dengan diri suami ibu.

Jadi, yang bermasalah disini bukan ibu melainkan suaminya. Kemungkinan sejak kecil dia terbiasa dididik orang tuanya dengan cara menahan emosi, tidak mengungkapkan keinginan dengan cara bicara jujur.

Akhirnya terbawa hingga dewasa dan tiap kali ada masalah, reaksinya hanya diam. Dan, jika seperti ini maka yang bisa ibu lakukan adalah mengendalikan apa yang bisa ibu kendalikan.

Suami ibu sudah jelas di luar kendali ibu, dia tak bisa ibu kendalikan karena saat diajak bicara berdua dia hanya diam. Sekarang ibu pilah dan pilih, hal-hal apa saja yang bisa ibu kendalikan.

Contoh, emosi ibu. Suami pulang sampai larut malam tiap hari, ibu sudah ajak suami bicara tapi tidak ada kemajuan dalam sikapnya.

Maka, kendalikan emosi ibu. Tidak perlu marah, ngambek atau kecewa, yang terpenting disini suami masih mau pulang. Seperti itu ibu. Jika suami sudah tidak bisa dikendalikan, kontrollah apa yang berada di bawah kendali ibu.

Semoga tips sederhana ini bermanfaat dan bisa diterapkan sehingga mendatangkan kebaikan bagi rumah tangga ibu.

Jangan lupa silakan subscribe channel YouTube saya ini, Terapi Memaafkan Suami. Tiap hari saya selalu rajin membagikan video mengenai strategi dan metode psikospritual dalam ikhtiar menjaga keharmonisan rumah tangga.

Nyalakan juga notifikasinya agar ibu selalu mendapatkan up to date dengan info terbaru dari saya.

Loading

AWAS! Ini Kesalahan Fatal Pasutri pada 5 Tahun Pertama Pernikahan

Awal-awal menikah pasangan suami istri memasuki masa bulan madu. Semuanya terasa manis, tidak ada cela bahkan kesalahan sedikit saja yang dilakukan pasangan dianggap sebagai hal yang tidak pantas ditegur.

Momen seperti ini biasanya hanya terjadi pada 5 tahun pertama pernikahan. Setelah melewati masa 5 tahun atau tepat pada tahun kelima, biasanya pasutri banyak yang mengalami kejenuhan dan ledakan bom waktu.

Karena selama 5 tahun pertama tadi mereka banyak memendam dan menahan. Suami suka pulang larut malam, tidak pernah ditegur karena istri takut terjadi suami marah dan terjadi konflik besar.

Suami suka meletakkan barang sembarangan setelah dipakai dan istri lah yang selalu membereskan tanpa bantuan suami, tidak pernah ditegur. Karena istri takut suami marah dan terjadi konflik besar.

Istri tidak pandai mengatur keuangan dan boros, tidak pernah ditegur suami. Karena takut istri ngambek dan tidak sayang lagi.

Semua emosi, uneg-uneg dan ganjalan hati yang disimpan ini lama-lama akan menumpuk kemudian ditekan terus dalam ruang batin. Akhirnya ruang batin kita akan penuh kemudian muntah dan meledak keluar.

Terjadilah konflik hebat pada 5 tahun pertama pernikahan. Ada yang selingkuh, ada yang kemudian makin berulah, ada yang tak lagi peduli pada istrinya karena hambar dan alami kejenuhan, ada lagi yang langsung minta cerai.

Itulah kenapa banyak orang menganggap 5 tahun pertama pernikahan adalah ujian. Dan, inilah yang sebenarnya terjadi.

Yakni pasangan suami istri yang masih dalam kondisi bulan madu, tidak berani mengungkapkan emosinya secara jujur. Mereka menghindar, menutupi, memendam, menganggap masalah kecil sebagai angin lalu.

Ini dilakukan karena mereka masih sayang dan segan jika harus menegur pasangannya. Takut terjadi konflik. Padahal, yang terjadi ketika kita terus menahan diri adalah kita akan capek, jenuh dan terjadi bom waktu yang siap meledak kapanpun.

Jadi, inilah kesalahan fatal pasangan suami istri pada 5 tahun pertama pernikahan mereka. Yakni, tidak mengungkapkan emosi secara jujur pada pasangan.

Seharusnya ibu dan suami jujur saja saat merasakan sedih, kecewa, bahagia, marah, jengkel dsb. Jangan takut pasangan akan menjadi tidak sayang atau tidak peduli.

Jangan takut jika akan terjadi konflik besar. Konflik itu dibutuhkan dalam rumah tangga agar kita semakin kreatif mengatasi masalah, kompak, bijaksana dan dewasa dalam menghadapi tantangan berumah tangga.

Seperti itu tips sederhana dari saya, semoga bermanfaat dan bisa diterapkan sehingga mendatangkan kebaikan bagi rumah tangganya.

Jangan lupa silakan subscribe channel YouTube saya ini, Mbak Meida. Tiap hari saya selalu rajin membagikan video mengenai strategi dan metode psikospritual dalam ikhtiar menjaga keharmonisan rumah tangga.

Nyalakan juga notifikasinya agar ibu selalu mendapatkan up to date dengan info terbaru dari saya.

Loading

Cara Meredam Kecewa Saat Suami Terus Berulah Sesuka Hatinya

Apakah semuanya yang bergabung disini adalah ibu-ibu yang selalu dikecewakan suaminya? Semoga saja tidak ya. Oke, saya tadi hanya bercanda ibu-ibu.

Tapi jika memang benar, kebetulan ibu sudah sering dikecewakan oleh suami, maka tidak masalah. Kali ini ibu bergabung pada live streaming yang tepat. Karena saya akan membahas bagaimana cara meredam rasa kecewa.

Mungkin disini ada istri yang diselingkuhi suaminya, suaminya sudah berjanji akan meninggalkan selingkuhannya tapi tak kunjung dilakukan. Pasti ada rasa kecewa berat dong yang ibu rasakan.

Ada lagi istri yang tidak dinafkahi suaminya, tiap hari harus mengemis-ngemis pada suami minta jatah. Pasti ada rasa kecewa. Ada lagi istri yang sering dikasari suaminya baik secara verbal, fisik maupun emosional. Tentu hal ini memunculkan rasa kecewa.

“Hampir tiap hari Mbak Meida rasa kecewa itu mampir di hati saya karena ulah suami yang seenaknya. Bagaimana ya cara meredam kecewa ini agar tidak membuat saya makin stres dan tertekan?”

Ada 4 langkah untuk meredam rasa kecewa terhadap seseorang yang sering bersikap seenaknya sendiri pada kita.

Langkah Pertama adalah Mengakui Rasa Kecewa

Ini penting!

Agar ibu tidak bingung dengan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Saya yakin disini banyak ibu-ibu yang sering denial terhadap rasa kecewanya.

Sebenarnya ibu kecewa, tapi ibu tidak mau mengakui hal itu. Ibu berkata pada dirinya sendiri, “gak kok! aku gak kecewa, aku baik-baik saja.”

Misalnya, ibu berharap suami memberikan kejutan pada hari ulang tahun perkawinan dan memberikan hadiah untuk ibu. Nyatanya hal itu tidak dilakukan suami.

Ibu sebenarnya sakit hati dan kecewa. Tapi ibu tidak mau mengakui hal itu. Ibu pendam saja rasa kecewanya, kemudian ibu berkata “aku baik-baik saja!”

Ini langkah yang tidak tepat.

Seharusnya, ibu akui rasa kecewa itu. Ibu terima bahwa ibu salah karena telah berharap lebih. Ibu terima bahwa ibu sedih. Dan ini tidak masalah, karena kecewa adalah perasaan dasar manusia.

Rasa sedih, kecewa, itu bukan indikator bahwa ibu lemah. Justru dengan mengakui, ibu jadi tahu apa yang harus diperbuat berikutnya.

“Oh iya, seharusnya saya lebih mampu mengontrol harapan saya. Suami saya ini kan pelupa, seharusnya saya ingatkan dulu bahwa tanggal sekian adalah hari penting kita.”

Jika ibu tidak mengakui rasa kecewanya, kita akan cenderung terus berharap. “Oh mungkin dia sedang memberikan kejutan, mau bikin saya jengkel dulu. Mungkin nanti jam 12 dia akan ngasih saya kejutan.”

Wah, kalau seperti ini terus ibu akan capek karena berharap pada hal yang tidak mungkin jadi kenyataan.

Langkah Kedua, Memahami Penyebab Kecewa

Ibu-ibu disini ada yang tahu apa yang menjadi penyebab rasa kecewa? Boleh banget tulis di kolom komentar. Silakan.

————- Baca Komentar ————-

Wah luar biasa follower saya cerdas semuanya. Jadi, penyebab rasa kecewa adalah berharap terlalu besar. Ekspektasi kita terhadap seseorang yang terlalu tinggi.

Misalnya, kita berharap suami selalu menjadi orang yang peka tanpa perlu diminta. Ketika ibu lagi sibuk di dapur kemudian tiba waktunya menjemput anak sekolah, ibu banting-banting peralatan dapur. Berharap suami paham bahwa ibu sedang sibuk kemudian dia bergegas menjemput anak.

Tapi kenyataannya suami tidak merespon. Dia justru tetap sibuk dengan urusannya sendiri. Nah, akhirnya ibu kecewa. “Kok kamu gak peka sih!” Itu yang ibu katakan ke suami.

Padahal bukan karena suami yang tidak peka, tapi ekspektasi ibu yang terlalu tinggi terhadap suami. Saran saya, turunkan ekspektasinya. Makin kecil harapan ibu ke suami, makin kecil pula kekecewaan yang ibu rasakan.

Langkah Ketiga, Mempersiapkan Porsi untuk Kecewa

Untuk semua hal yang ibu lakukan dan rencanakan, siapkan porsi khusus dalam ruang batin ibu untuk kecewa. Misalnya, minggu depan adalah ulang tahun ibu.

Ibu berharap suami ingat, memberikan kejutan pada tengah malam, merencanakan dinner berdua dan memberi hadiah untuk ibu.

Ibu boleh berharap seperti itu. Tapi, berikan sedikit ruang untuk kecewa. Contohnya, “yang penting suami masih ingat lah dengan tanggal ulang tahun saya, masih mau mendoakan saya dan memberikan ucapan selamat.”

Hindari ngotot bahwa harapan ibu pasti akan terwujud 100%. Karena jika ibu ngotot, ini akan jadi malapetaka bagi ibu.

Langkah Keempat, Memahami Apa yang Bisa Ibu Kontrol

Yang membuat kita kecewa seringkali bukan orang lain melainkan diri sendiri. Kita berharap orang lain mau bersikap sesuai keinginan kita, kita ingin mengontrol tindakan orang lain.

Nah, mulai sekarang agar ibu tidak kecewa terhadap suami yang bersikap seenaknya, silakan buat daftar minimal 10 poin. Hal-hal yang bisa ibu kontrol.

Contoh, ibu berharap suami selalu pulang on time sebelum pukul 6 sore. Tapi suami ibu seringkali pulang terlambat sampai larut malam. Ibu sudah menasihati bahkan sampai mengemis pada suami tapi suami tetap saja bandel pulang larut.

Ini artinya, suami ibu berada di luar kendali ibu. Mulai sekarang, ibu harus pahami hal-hal apa saja yang bisa saya kontrol. Hal-hal apa saja yang bisa saya kendalikan. Tulis sampai 10 poin kemudian dihafalkan.

Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak ibu harapkan, ibu tidak kecewa. Karena ibu sudah tahu bahwa ini memang di luar kendali saya.

Baik, itulah 4 poin yang perlu ibu pelajari dan terapkan pelan-pelan sehingga ibu tidak mudah kecewa terhadap suaminya.

Loading

Ucap Terima Kasih Seperti Ini Bikin Suami Tak Mau Lepaskan Istri

Saat suami ibu tidak mendapatkan apresiasi, ucapan terima kasih atau penghargaan setelah apa yang dia lakukan untuk ibu, maka suami ibu lambat laun akan berhenti memberikan bantuan pada ibu.

“Apakah sedangkal itu cara berpikir suami Mbak? Hanya gara-gara gak dapat ucapan terima kasih langsung malas membantu?”

Benar ibu!

Karena tabiat atau naluri pria adalah suka dibangga-banggakan. Egonya sangat tinggi sehingga ibu perlu sering-sering memberi makan egonya. Apalagi jika disini suami dibangga-banggakan oleh istri yang disayanginya, inshallah dia akan lebih rajin lagi dalam memberi.

Sebelum saya lanjutkan, silakan catat dulu nomor konsultasi saya di 08586 7777 797 atau klik chat WhatsApp otomatis di bawah ini.

>> Saya Siap Mengikuti Bimbingan Spiritual Mbak Meida <<

Konsultasi di tempat saya bukan sekedar saya dengarkan seperti ibu yang biasanya curhat pada teman atau keluarganya. Saya menggunakan metode ilmiah yang saya gabungkan dengan ilmu spiritual.

Jadi inshallah setelah ibu mantap berkonsultasi, saya akan berikan bimbingan lahir batin sesuai kondisi rumah tangga ibu.

Apa yang perlu ibu lakukan, bagaimana menghadapi suami yang bersikap A, B, C dan D, keputusan apa yang harus ibu ambil dsb akan saya bantu arahkan.

Dan, tidak perlu khawatir karena data pribadi serta masalah klien menjadi rahasia saya. Jika ada kisah klien yang saya bagikan itu merupakan persetujuan klien bahwa kisahnya boleh dijadikan bahan pembelajaran bagi ibu-ibu semuanya.

Jangan ragu menghubungi saya, saya tunggu pesan dari ibu.

Wanita memiliki tabiat atau naluri yang bertolak belakang dengan pria. Jika pria atau dalam kasus ini adalah suami, sangat suka dibangga-banggakan maka wanita atau dalam kasus ini adalah istri, mereka tidak suka mengakui atau membanggakan kebaikan orang lain meskipun suaminya sendiri.

Istri itu makhluk yang sulit mengakui kebaikan atau kelebihan orang lain. Apalagi dalam keadaan marah atau jengkel, istri akan cenderung melupakan semua kebaikan yang telah dilakukan orang lain untuknya. Yang diingat, ya hanya keburukannya.

Nah, saran saya disini ibu harus mulai memperbaiki diri. Yakni mengakui dan memuji kebaikan yang telah dilakukan suami. Menunjukkan apresiasi, memberikan penghargaan terhadap apa yang telah dilakukan suami pada ibu meski hanya hal sepele.

Jika ibu malas mengucapkan terima kasih, maka ke depan lambat laun suami akan berhenti memberi bantuan. Kepekaan, kepedulian dan perhatiannya terhadap ibu akan berkurang bahkan berhenti.

Sekali lagi ingat!

Untuk melunakkan hati suami, untuk membuatnya makin hari makin peduli pada ibu, maka ibu harus berpikir dan bersikap sesuai dengan tabiat atau naluri suami.

Jika suami memang sosok yang ingin diakui kebaikannya, dibangga-banggakan pengorbanannya, maka lakukan itu. Untuk membuat suami mau lebih sering membantu ibu.

Loading

Suami Tak Menafkahi Jika Tak Diminta? Rayulah dengan Cara Ini

Saya beberapa kali menemukan kasus klien dimana beliau ini tidak dinafkahi suaminya jika tidak meminta. Dan, rata-rata klien saya ini sudah bekerja. Pekerjaannya bagus, pemasukannya juga bagus.

Jadi, kemungkinan suami dalam tanda kutip malas menafkahi karena istri sudah ada pemasukan sendiri. Tentu, ini adalah cara berpikir suami yang tidak bijaksana.

Karena sebagus apapun karir istri, sebanyak apapun penghasilan yang didapatkan, nafkah dari suami tetap wajib dia dapatkan.

“Jika selama ini suami memang tak pernah memberi jika tak diminta bagaimana Mbak Meida?”

Nah, inilah yang akan saya bahas pada kesempatan kali ini. Saya akan ajari ibu bagaimana caranya mendapatkan nafkah yang memang sudah seharusnya ibu dapatkan.

Sebelum saya lanjutkan, silakan catat dulu nomor konsultasi saya di 08586 7777 797 atau klik chat WhatsApp otomatis di bawah ini.

>> Saya Siap Mengikuti Bimbingan Spiritual Mbak Meida <<

Konsultasi di tempat saya bukan sekedar saya dengarkan seperti ibu yang biasanya curhat pada teman atau keluarganya. Saya menggunakan metode ilmiah yang saya gabungkan dengan ilmu spiritual.

Jadi inshallah setelah ibu mantap berkonsultasi, saya akan berikan bimbingan lahir batin sesuai kondisi rumah tangga ibu.

Apa yang perlu ibu lakukan, bagaimana menghadapi suami yang bersikap A, B, C dan D, keputusan apa yang harus ibu ambil dsb akan saya bantu arahkan.

Dan, tidak perlu khawatir karena data pribadi serta masalah klien menjadi rahasia saya. Jika ada kisah klien yang saya bagikan itu merupakan persetujuan klien bahwa kisahnya boleh dijadikan bahan pembelajaran bagi ibu-ibu semuanya.

Jangan ragu menghubungi saya, saya tunggu pesan dari ibu

Disini ibu perlu memahami naluri atau tabiat suami. Suami ibu itu memiliki naluri atau tabiat, “tidak akan memberi jika tidak diminta.”

Ini cara berpikir pria yang paling mendasar. Jadi, kalau ada ibu-ibu disini yang berkata, “suami saya selalu rajin memberi kok Mbak tanpa perlu saya minta.”

Bersyukurlah!

Berarti dia adalah suami yang mau belajar memahami kebutuhan istri dan rumah tangganya. Tapi, naluri suami ini perlu ibu ingat ya!

Suami tidak akan memberi jika tidak diminta. Kaum pria ini adalah sosok yang cenderung merasa cukup dengan dirinya sendiri dan merasa tidak membutuhkan orang lain. Dia hanya akan meminta, ketika benar-benar terdesak.

Dan, suami ibu berpikir bahwa wanita juga memiliki cara berpikir yang seperti ini. Yang mana dia akan meminta, ketika memang butuh.

Padahal tabiat atau naluri istri tidak seperti ini. Sifat dasar wanita yang dihadiahkan Tuhan pada kita adalah kita suka memberi baik diminta ataupun tidak.

Bahkan terkadang, kita tidak peduli apakah nanti dapat balasan setimpal atau tidak. Ini tabiat wanita dan bertolak belakang dengan tabiat pria.

Jika sudah seperti ini, maka istri supaya tidak sakit hati harus bersikap sesuai dengan cara berpikir suami. Yakni, kita harus meminta. Terus mengingatkan suami terhadap tanggung jawabnya.

“Itu kan kewajiban suami Mbak Meida, kenapa kita harus minta duluan! Gak peka banget sih”

Daripada ibu tidak diberi nafkah sama sekali, hayo bagaimana?

Lebih baik, ibu merendah sedikit tidak masalah. Yang penting kan disini dapat nafkah, iya kan?

Kemudian, jika suami sudah memberi berikan ucapan terimakasih. Berikan sanjungan, “mashaallah luar biasa suamiku sungguh dermawan sama istri dan anak-anak!”

Meskipun saat ibu meminta nafkah, suami menggerutu, “kemarin baru minta, sekarang sudah minta lagi! Jangan boros-boros”

Ibu jangan sakit hati! Tetap terima nafkahnya, berikan senyuman dan ucapan terimakasih. Inshallah dengan respon ibu yang manis seperti ini, lambat laun suami akan sadar dengan kewajibannya memberi nafkah pada ibu.

Loading

PASTI DITURUTI! Ini 5 Rahasia Meminta Bantuan pada Suami

Apakah ibu sering meminta bantuan pada suami, tapi jarang sekali dituruti bahkan suami lupa mengerjakannya?

Jika iya, silakan simak penjelasan saya sampai akhir. Karena sepanjang penjelasan ini saya akan memaparkan 5 rahasia yang inshallah tokcer untuk mendorong suami melakukan apa yang ibu inginkan.

Sebelum saya lanjutkan, silakan catat dulu nomor konsultasi saya di 08586 7777 797 atau klik chat WhatsApp otomatis di bawah ini.

>> Saya Siap Mengikuti Bimbingan Spiritual Mbak Meida <<

Konsultasi di tempat saya bukan sekedar saya dengarkan seperti ibu yang biasanya curhat pada teman atau keluarganya. Saya menggunakan metode ilmiah yang saya gabungkan dengan ilmu spiritual.

Jadi inshallah setelah ibu mantap berkonsultasi, saya akan berikan bimbingan lahir batin sesuai kondisi rumah tangga ibu.

Apa yang perlu ibu lakukan, bagaimana menghadapi suami yang bersikap A, B, C dan D, keputusan apa yang harus ibu ambil dsb akan saya bantu arahkan.

Dan, tidak perlu khawatir karena data pribadi serta masalah klien menjadi rahasia saya. Jika ada kisah klien yang saya bagikan itu merupakan persetujuan klien bahwa kisahnya boleh dijadikan bahan pembelajaran bagi ibu-ibu semuanya.

Jangan ragu menghubungi saya, saya tunggu pesan dari ibu

Pertama, Memilih Waktu yang Tepat

Jangan meminta suami melakukan sesuatu ketika suami “memang sudah merencanakan hal itu.”

Contoh, suami biasa buang sampah pukul 9 pagi (sudah direncanakan suami) kemudian pukul 8 pagi ibu minta tolong suami membuang sampah.

Ini membuat suami jengkel karena disuruh-suruh, dianggap tidak sadar terhadap kewajibannya dan merasa tidak dipercaya istri.

Ibu juga perlu perhatikan kondisi fisik dan mental suami. Apakah saat itu mood nya sedang baik atau suami sedang capek?

Kedua, Tidak Menuntut Suami

Meminta berbeda dengan menuntut!

Menuntut berarti mendesak suami menyegerakan permintaan ibu tanpa melihat situasi dan kondisi yang sedang dia jalani.

Ketiga, Gunakan Kalimat Singkat dan Tak Bertele-tele

Istri memiliki tabiat suka bicara, suami memiliki tabiat tak suka mendengarkan. Maka, hindari menyebutkan semua alasan kenapa suami harus melakukan sesuatu.

Ketika ibu terus berbicara, menyebutkan alasan kenapa suami harus melakukan ini dan itu, maka ini membuat suami jengkel.

Suami akan berpikir, “saya ini bukan anak kecil yang harus ditunjukkan caranya begini dan begitu”

Saya tahu perasaan ibu, memang ibu ingin menjelaskan secara detil agar suami paham dan bersegera melakukan permintaan ibu. Tapi, ini bukan cara yang tepat.

Sebutkan satu saja alasan kenapa suami harus melakukan itu dan ijinkan suami menjalankan instruksi ibu dengan caranya sendiri. Tidak perlu ibu dikte.

Keempat, Ungkapkan Permintaan Secara Langsung

Permintaan tak langsung berarti tidak menyuarakan apa yang sesungguhnya ibu inginkan. Contohnya, menyindir.

Permintaan langsung berarti ibu menjelaskan secara gamblang apa yang ibu butuhkan dari suami.

Contoh permintaan tak langsung, “sudah waktunya anak-anak pulang sekolah tapi aku tak bisa menjemputnya.”

Contoh permintaan langsung, “tolong jemput anak-anak sekarang ya.”

Nah, dari kedua contoh ini ibu sudah paham ya apa itu permintaan langsung dan tak langsung. Permintaan langsung membuat suami lebih mudah memahami maksud ibu.

Kelima, Memilih Kata-kata yang Tepat

“Apakah kamu bisa membuang sampah itu?”

Terkesan tak ada yang salah dengan kalimat ini tapi jika diajukan pada suami dengan naluri egonya yang tinggi, frasa ‘apakah kamu bisa’ berarti meragukan kemampuan suami.

Pilihlah kata yang sopan dan to the point.

Baiklah, itu dia 5 rahasia meminta pada suami agar dituruti. Ternyata sederhana ya, kita hanya perlu berpikir sebagaimana cara suami berpikir dan mengikuti tabiat kesehariannya seperti apa.

Loading

Sudah di Ubun-ubun! Ini 7 Cara Menjinakkan Amarah pada Suami

“Mbak Meida, suami itu kalau buat kesalahan lalu saya tegur, bukannya mengakui kesalahannya tapi justru makin marah ke saya”

“Sering banget saya tahan amarah saya, biar suami gak makin emosi”

Nah, pemikiran seperti ini sebenarnya kurang tepat. Karena menahan amarah itu jatuhnya bikin ibu sakit hati. Marah, ditahan. Kecewa, dipendam.

Lama-lama ini bisa jadi sampah batin. Daripada dipendam atau ditahan, lebih baik dijinakkan.

Pada kesempatan live streaming ini, saya akan bahas 7 langkah menjinakkan amarah pada suami.

“Mbak Meida, apakah normal jika istri sering marah ke suami?”

Coba sekarang kita samakan persepsi dulu, apa sih makna dari marah itu sendiri.

Sebagian besar dari kita menganggap marah adalah hal negatif dan harus dihindari. Marah adalah lawan dari cinta sehingga harus ditahan baik suami maupun istri. Marah bisa merusak hubungan suami istri, bisa membuat rumah tangga tidak harmonis. Ini tidak tepat!

Marah adalah reaksi emosi manusia saat sebuah kondisi tidak berjalan sesuai apa yang diinginkan atau sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi.

Contoh, ibu melihat suami chattingan dengan mantan pacarnya sewaktu SMA. Marah atau tidak? Marah dong ya!

Tidak mungkin saya kasih nasihat ke ibu, “sabar, mungkin itu hanya sapaan biasa. Tidak akan terjadi apa-apa, semua akan baik-baik saja. Ibu berpikir positif saja, jangan marah.”

Tidak mungkin saya berkata seperti itu! Ini menyalahi reaksi wajar ibu. Ibu pasti cemburu dan marah. Tapi, ada cara yang lebih baik lagi yakni menjinakkan atau mengendalikan marah. Karena marah ini tidak bisa dihindari atau dihilangkan sepenuhnya.

Jadi kalau ibu-ibu tanya ke saya, “bolehkah kita marah?”

Tentu saja, boleh! Dalam batas kewajaran dan dengan alasan marah yang tepat.

Sekarang kita lanjut ke pembahasan inti, yakni cara menjinakkan atau mengendalikan marah itu tadi.

Langkah Satu

Hindari marah-marah secara langsung

Saat ada hal yang membuat ibu marah, tunggu selama 20 menit sebelum bereaksi. Tarik napas dalam dan duduk di tempat yang nyaman. Jika mau berbaring, boleh silakan.

Setelah ibu mampu bernafas secara normal, nafas tidak ngos-ngosan lagi, bayangkan kembali situasi yang memicu amarah ibu. Kemudian tanyakan pada diri ibu, “apakah marah saya ini sah dan masuk akal?”

Langkah Dua

Pahami kenapa diri ibu ingin marah

Selang 20 menit, ibu sudah tenang tapi rasanya masih ingin marah. Maka buatlah daftar tertulis mengenai alasan, “mengapa saya merasa seperti itu”.

Tulis saja misalnya, “saya marah karena suami chat mantannya. Dia melarang saya chattingan dengan pria manapun selain urusan kerja, dia sering mengecek HP saya, tapi suami justru melakukan apa yang dia larang ke saya.”

Jika masih ada alasan lain, tulis sampai hati ibu benar-benar mentok tidak lagi menemukan jawaban. Untuk menjinakkan amarah pada suami, ibu harus tahu apa yang menjadi pemicu kemarahan ibu.

Setelah ibu tulis, lanjutkan dengan membaca daftar tersebut dengan keras. Disinilah kesempatan ibu untuk mengeluarkan amarah yang tertahan.

Inshallah cara ini mampu merilis sakit hati dan kecewa yang ibu rasakan.

Langkah Tiga

Bicarakan dengan suami

Jika alasan marah ibu ternyata tidak masuk akal, tapi ibu masih ingin marah, karena di hati rasanya masih ada yang sesak, bicarakan pada suami.

Membuka diri tentang emosi negatif, jujur pada perasaan ibu, inshallah ini juga bisa membuat hati ibu lebih lega.

Langkah Empat

Tunjukkan perbedaan pendapat dengan nada kalem

Jika ada hal yang membuat ibu marah, kecewa, tidak setuju, dekati suami dengan tenang. Sebisa mungkin hindari menggunakan kata-kata yang menyakitkan, makian, kekerasan verbal dsb.

Ketenangan adalah kunci untuk membuat suasana tetap woles sehingga ibu dan suami inshallah akan lebih cepat mencapai kesepakatan.

Langkah Lima

Cari tahu emosi tersembunyi dibalik amarah ibu

Emosi manusia itu mirip banget dengan kulit bawang bombay. Kupasan pertama adalah apa yang terlihat dari luar. Kupasan kedua adalah apa yang diungkapkan. Kupasan ketiga dan seterusnya adalah apa yang sebenarnya dirasakan.

Nah terkadang marah ini adalah emosi yang tampak dari luar. Tapi dibalik itu, ada emosi tersembunyi yang jadi sumber utama kemarahan tersebut. Itulah yang perlu digali.

Langkah Enam

Kemarahan ibu adalah kuasa ibu

Apapun alasan ibu marah, diri ibu sendirilah yang memiliki kendali atas emosi ibu.

Artinya, sekuat apapun suami mengatasi amarah ibu, sesabar apapun suami menerima marahnya ibu, sekeras apapun suami minta maaf, semua itu akan percuma, jika ibu sendiri tak ada niatan untuk melepas amarah tersebut.

Ini bukan berarti tindakan baik suami tidak membantu ya. Sikap baik suami tentu akan mempengaruhi emosi ibu, tapi yang hal ini perlu dikuatkan lagi dengan niat ibu yang sungguh-sungguh dalam menjinakkan amarahnya sendiri.

Langkah Tujuh

Ini khusus bagi ibu-ibu yang sudah menjalankan semua poin, dari poin satu sampai enam tapi hasilnya belum mampu membuat ibu tenang, masih ingin marah dsb, bisa konsultasikan ke saya.

Di tempat layanan saya, saya menyediakan terapi khusus untuk mengobati luka-luka batin akibat masalah rumah tangga yang menyebabkan ibu sering marah, mudah kecewa sensitif dsb.

Memang ada masalah-masalah rumah tangga yang membuat istri ini terus merasa tertekan dan stres meski suami sudah tobat serta minta maaf.

Oleh sebab itu, perlu treatment khusus seperti terapi dsb untuk membantu merilis stresnya. Jadi, silakan jangan sungkan hubungi saya jika tertarik berkonsultasi langsung untuk atasi amarahnya.

Bisa melalui inbox facebook, DM instagram, untuk yang di TikTok bisa klik link di bio dan bagi yang di YouTube bisa klik link di deskripsi di bawah video ini.

Loading

5 Kalimat Sederhana Ini Bikin Hati Suami Terbang Melayang

Menaklukkan hati suami itu, tidak sulit.

“Masak sih Mbak? Saya sudah coba apresiasi suami, menggodanya dsb tapi gak ngaruh?”

Nah, itulah kenapa saya buatkan konten khusus untuk ibu. Karena untuk melunakkan hati suami, bukan asal mengapresiasi, bukan asal menggoda.

Sebelum saya jelaskan detil silakan catat dulu nomor konsultasi saya di 08111 26 4401. Atau bisa klik chat WhatsApp otomatis di bawah ini.

>> Saya Siap Ikhtiar Melalui Bimbingan Mbak Meida <<

Konsultasi di tempat saya bukan sekedar saya dengarkan seperti ibu yang biasanya curhat pada teman atau keluarganya. Saya menggunakan metode ilmiah yang saya gabungkan dengan ilmu spiritual.

Jadi inshallah setelah ibu mantap berkonsultasi, saya akan berikan bimbingan lahir batin sesuai kondisi rumah tangga ibu.

Apa yang perlu ibu lakukan, bagaimana menghadapi suami yang bersikap A, B, C dan D, keputusan apa yang harus ibu ambil dsb akan saya bantu arahkan.

Tidak perlu khawatir karena data pribadi serta masalah klien menjadi rahasia saya. Jika ada kisah klien yang saya bagikan itu merupakan persetujuan klien bahwa kisahnya boleh dijadikan bahan pembelajaran bagi ibu-ibu semuanya.

Ada 5 jenis pujian yang ketika diucapkan istri pada situasi dan kondisi yang tepat, bisa membuat suami terbang melayang. Saat hati terbang melayang, ibu mau minta apapun ke suami, inshallah bisa dituruti.

Pujian Pertama Terkait dengan Usaha yang Dilakukan Suami

Sesekali suami pasti membantu ibu.

Seperti menjaga anak, mengganti tabung gas, memperbaiki genting bocor, mencuci kendaraan ibu dsb. Hal-hal seperti ini nampak sederhana. Dan memang sudah seharusnya dilakukan suami sebagai rekan hidup ibu.

Meski begitu, cobalah untuk memberi pujian terkait hal ini seperti, “terimakasih ayah sudah mau jaga anak, tadi aku lihat anak-anak seneng banget main sama ayah.”

Pujian Kedua Terkait dengan Karakter Baik yang Dimiliki Suami

Suami ibu pasti memiliki karakter baik meski itu hanya satu.

Misalnya, dia adalah sosok yang murah hati. Suka membelikan cemilan, memberikan uang jajan lebih pada ibu, memberi kejutan dsb.

Berikan pujian terkait hal ini. “Alhamdulillah senang banget punya suami peka! Tanpa minta lebih dulu udah dibelikan. Semoga rejekimu dilancarkan ya mas.”

Pujian Ketiga Terkait dengan Penampilan Suami

Meski suami ibu adalah sosok yang cuek dan tidak peka, mohon jangan ditiru. Cobalah untuk menunjukkan sikap sebaliknya, yakni perhatian dan peka terhadap segala bentuk perubahan suami.

Misalnya, suami baru selesai potong rambut. Berikan pujian, “wah saya pikir Nicholas Saputra, ternyata suamiku yang habis potong rambut.”

Pujian Keempat Terkait dengan Kecerdasan Suami

Ibu tahu tidak, sebenarnya pria itu dihadiahi Tuhan kecerdasan yang lebih baik daripada wanita. Maka, berikan pujian untuk hal ini.

Misalnya, saat belanja di supermarket. Ibu melihat suami ikut menghitung daftar belanjaan ibu agar uang yang ibu keluarkan nanti bisa pas.

Berikan pujian terhadap hal ini, “padahal dulu ayah anak bahasa ya, tapi kok cepet banget sih ngitungnya.”

Pujian Kelima Terkait dengan Keputusan Suami

Naluri suami adalah menjadi pemimpin. Pemimpin itu mengatur, memerintah, membuat keputusan dan mengevaluasi.

Nah, berikan pujian saat suami membuat keputusan yang baik untuk keluarga. Misalnya, suami melarang ibu ikut berwisata dengan geng sosialitanya karena dampak covid masih terasa.

Berikan apresiasi untuk keputusan suami ini, “alhamdulillah karena nurut perintah ayah, aku jadi selamat dari covid. Kemarin temanku ada yang positif 3 orang lho.”

Itu dia 5 jenis pujian yang bisa ibu manfaatkan untuk membuat hati suami terbang melayang. Bagi ibu yang siap menerapkan tips sederhana ini, saya doakan semoga keharmonisan, kesetiaan dan kesejahteraan selalu menyertai keluarga ibu.

Bagi ibu yang tertarik berkonsultasi dan mendapatkan bimbingan serta arahan dari saya sesuai masalah rumah tangga yang dialami, silakan ibu bisa menghubungi melalui chat WhatsApp maupun telepon di nomor 08111 26 4401 atau klik chat WhatsApp otomatis di bawah ini.

>> Saya Siap Ikhtiar Ikuti Bimbingan Mbak Meida <<

Loading

Hobi Nantang Suami Seperti Ini? Bersiaplah Ditinggal dan Dibuang

Suami ibu paling suka dengan tantangan. Tantangan apapun yang ditawarkan pada suami biasanya langsung diiyakan dan diusahakan untuk dipecahkan.

Jika tantangannya ini bisa membantu suami lebih semangat untuk mencari value dalam hidup, meningkatkan taraf kehidupan keluarganya, maka itu bagus.

Contoh, suami ditantang atasannya mengerjakan sebuah proyek. Jika mampu menyelesaikan proyek dalam tenggat waktu tertentu, dia akan mendapatkan promosi dan naik jabatan.

Ini bagus ya.

Tapi terkadang, ada tantangan yang tidak bagus yang datang dari ibu sendiri sebagai istrinya.

Contoh, suami sering banget begadang sama teman-temannya sampai tengah malam. Ibu sudah pakai ribuan cara halus untuk menasihati suami tapi hasilnya zonk.

Kemudian ibu pakai cara kasar yakni menantang suami.

Sekalian aja pulang pagi”

“Kok masih pulang ke rumah?”

“Oh masih ingat anak istri ternyata”

Nah ini namanya provokasi. Ini namanya ibu menantang suami.

Kembali pada rumus pertama yang saya jelaskan tadi bahwa suami menyukai tantangan. Jadi, saat ibu menantang suami seperti itu pasti dilaksanakan.

Esok harinya, suami beneran tidak pulang. Atau tiap hari dia akan tetap pulang larut dan tidak menggubris pesan ibu.

Ingat ya!

Suami menyukai tantangan karena baginya adrenalin itu meningkat, menggusarkan aliran darahnya yang tenang, kemudian dia berusaha keras memecahkan tantangan tersebut.

“Lalu bagaimana caranya Mbak Meida, untuk membuat suami mengikuti apa yang kita inginkan?”

Kita gunakan saja metode tantangan, tapi dengan bahasa yang lebih sopan.

Misalnya, suami suka banget kalau dipijat. Kita tantang suami begini, “kalau seminggu saja kamu bisa pulang ke rumah tepat waktu, aku bakal kasih pijatan tiap malam selama seminggu berturut-turut.”

Ini kan tantangan, tapi sifatnya lebih positif dan ada imbalannya pula. Siapa yang tidak suka?

Sebenarnya, membuat kesepakatan dengan suami itu tidak sulit. Selama kita tahu cara berpikirnya dan kita tahu apa yang disukainya. Kemudian ditambah sedikit bumbu kesabaran dan kegigihan dalam menjalankan strategi tersebut.

Inshallah, suami bisa mengikuti saran-saran yang diberikan istri.

Jika tips sederhana seperti ini saja bisa membantu mengembalikan simpati suami pada ibu, maka bayangkan jika saya fokus memberikan bimbingan dan arahan pada ibu sesuai masalah rumah tangganya.

Inshallah hasilnya bisa lebih efektif dan bermanfaat bagi keharmonisan rumah tangga ibu.

Untuk itu , bagi ibu-ibu yang merasa butuh lebih banyak bimbingan dan arahan, jangan sungkan mendaftarkan diri mengikuti Konseling Telepon dengan saya.

Konsultasi di tempat saya bukan sekedar saya dengarkan seperti ibu yang biasanya curhat pada teman atau keluarganya. Saya menggunakan metode ilmiah yang saya gabungkan dengan ilmu spiritual.

Jadi inshallah setelah ibu mantap berkonsultasi, saya akan berikan bimbingan lahir batin sesuai kondisi rumah tangga ibu.

Apa yang perlu ibu lakukan, bagaimana menghadapi suami yang bersikap A, B, C dan D, keputusan apa yang harus ibu ambil dsb akan saya bantu arahkan.

Tidak perlu khawatir karena data pribadi serta masalah klien menjadi rahasia saya. Jika ada kisah klien yang saya bagikan itu merupakan persetujuan klien bahwa kisahnya boleh dijadikan bahan pembelajaran bagi ibu-ibu semuanya.

Ibu bisa menghubungi saya melalui chat WhatsApp maupun telepon di nomor konsultasi 08111 26 4401 atau klik chat WhatsApp otomatis di bawah ini.

>> Saya Siap Ikhtiar Ikuti Bimbingan Mbak Meida <<

Loading

WhatsApp Konsultasi Via WhatsApp