Apakah semuanya yang bergabung disini adalah ibu-ibu yang selalu dikecewakan suaminya? Semoga saja tidak ya. Oke, saya tadi hanya bercanda ibu-ibu.
Tapi jika memang benar, kebetulan ibu sudah sering dikecewakan oleh suami, maka tidak masalah. Kali ini ibu bergabung pada live streaming yang tepat. Karena saya akan membahas bagaimana cara meredam rasa kecewa.
Mungkin disini ada istri yang diselingkuhi suaminya, suaminya sudah berjanji akan meninggalkan selingkuhannya tapi tak kunjung dilakukan. Pasti ada rasa kecewa berat dong yang ibu rasakan.
Ada lagi istri yang tidak dinafkahi suaminya, tiap hari harus mengemis-ngemis pada suami minta jatah. Pasti ada rasa kecewa. Ada lagi istri yang sering dikasari suaminya baik secara verbal, fisik maupun emosional. Tentu hal ini memunculkan rasa kecewa.
“Hampir tiap hari Mbak Meida rasa kecewa itu mampir di hati saya karena ulah suami yang seenaknya. Bagaimana ya cara meredam kecewa ini agar tidak membuat saya makin stres dan tertekan?”
Ada 4 langkah untuk meredam rasa kecewa terhadap seseorang yang sering bersikap seenaknya sendiri pada kita.
Langkah Pertama adalah Mengakui Rasa Kecewa
Ini penting!
Agar ibu tidak bingung dengan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Saya yakin disini banyak ibu-ibu yang sering denial terhadap rasa kecewanya.
Sebenarnya ibu kecewa, tapi ibu tidak mau mengakui hal itu. Ibu berkata pada dirinya sendiri, “gak kok! aku gak kecewa, aku baik-baik saja.”
Misalnya, ibu berharap suami memberikan kejutan pada hari ulang tahun perkawinan dan memberikan hadiah untuk ibu. Nyatanya hal itu tidak dilakukan suami.
Ibu sebenarnya sakit hati dan kecewa. Tapi ibu tidak mau mengakui hal itu. Ibu pendam saja rasa kecewanya, kemudian ibu berkata “aku baik-baik saja!”
Ini langkah yang tidak tepat.
Seharusnya, ibu akui rasa kecewa itu. Ibu terima bahwa ibu salah karena telah berharap lebih. Ibu terima bahwa ibu sedih. Dan ini tidak masalah, karena kecewa adalah perasaan dasar manusia.
Rasa sedih, kecewa, itu bukan indikator bahwa ibu lemah. Justru dengan mengakui, ibu jadi tahu apa yang harus diperbuat berikutnya.
“Oh iya, seharusnya saya lebih mampu mengontrol harapan saya. Suami saya ini kan pelupa, seharusnya saya ingatkan dulu bahwa tanggal sekian adalah hari penting kita.”
Jika ibu tidak mengakui rasa kecewanya, kita akan cenderung terus berharap. “Oh mungkin dia sedang memberikan kejutan, mau bikin saya jengkel dulu. Mungkin nanti jam 12 dia akan ngasih saya kejutan.”
Wah, kalau seperti ini terus ibu akan capek karena berharap pada hal yang tidak mungkin jadi kenyataan.
Langkah Kedua, Memahami Penyebab Kecewa
Ibu-ibu disini ada yang tahu apa yang menjadi penyebab rasa kecewa? Boleh banget tulis di kolom komentar. Silakan.
————- Baca Komentar ————-
Wah luar biasa follower saya cerdas semuanya. Jadi, penyebab rasa kecewa adalah berharap terlalu besar. Ekspektasi kita terhadap seseorang yang terlalu tinggi.
Misalnya, kita berharap suami selalu menjadi orang yang peka tanpa perlu diminta. Ketika ibu lagi sibuk di dapur kemudian tiba waktunya menjemput anak sekolah, ibu banting-banting peralatan dapur. Berharap suami paham bahwa ibu sedang sibuk kemudian dia bergegas menjemput anak.
Tapi kenyataannya suami tidak merespon. Dia justru tetap sibuk dengan urusannya sendiri. Nah, akhirnya ibu kecewa. “Kok kamu gak peka sih!” Itu yang ibu katakan ke suami.
Padahal bukan karena suami yang tidak peka, tapi ekspektasi ibu yang terlalu tinggi terhadap suami. Saran saya, turunkan ekspektasinya. Makin kecil harapan ibu ke suami, makin kecil pula kekecewaan yang ibu rasakan.
Langkah Ketiga, Mempersiapkan Porsi untuk Kecewa
Untuk semua hal yang ibu lakukan dan rencanakan, siapkan porsi khusus dalam ruang batin ibu untuk kecewa. Misalnya, minggu depan adalah ulang tahun ibu.
Ibu berharap suami ingat, memberikan kejutan pada tengah malam, merencanakan dinner berdua dan memberi hadiah untuk ibu.
Ibu boleh berharap seperti itu. Tapi, berikan sedikit ruang untuk kecewa. Contohnya, “yang penting suami masih ingat lah dengan tanggal ulang tahun saya, masih mau mendoakan saya dan memberikan ucapan selamat.”
Hindari ngotot bahwa harapan ibu pasti akan terwujud 100%. Karena jika ibu ngotot, ini akan jadi malapetaka bagi ibu.
Langkah Keempat, Memahami Apa yang Bisa Ibu Kontrol
Yang membuat kita kecewa seringkali bukan orang lain melainkan diri sendiri. Kita berharap orang lain mau bersikap sesuai keinginan kita, kita ingin mengontrol tindakan orang lain.
Nah, mulai sekarang agar ibu tidak kecewa terhadap suami yang bersikap seenaknya, silakan buat daftar minimal 10 poin. Hal-hal yang bisa ibu kontrol.
Contoh, ibu berharap suami selalu pulang on time sebelum pukul 6 sore. Tapi suami ibu seringkali pulang terlambat sampai larut malam. Ibu sudah menasihati bahkan sampai mengemis pada suami tapi suami tetap saja bandel pulang larut.
Ini artinya, suami ibu berada di luar kendali ibu. Mulai sekarang, ibu harus pahami hal-hal apa saja yang bisa saya kontrol. Hal-hal apa saja yang bisa saya kendalikan. Tulis sampai 10 poin kemudian dihafalkan.
Sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak ibu harapkan, ibu tidak kecewa. Karena ibu sudah tahu bahwa ini memang di luar kendali saya.
Baik, itulah 4 poin yang perlu ibu pelajari dan terapkan pelan-pelan sehingga ibu tidak mudah kecewa terhadap suaminya.