Kekecewaan Sepele Ini Bisa Buat Suami Tega Tinggalkan Istri Demi Pelakor

Seharusnya kekecewaan itu bisa diungkapkan kemudian dengan perasaan terbuka dan kepala dingin, istri harus menerima itu sebagai masukan untuk memperbaiki diri.

Namun sayangnya, bicara dari hati ke hati untuk menyelesaikan masalah itu jarang saya temui pada pasangan suami istri di Indonesia.

Seringkali suami istri menganggap masalah adalah konflik yang harus dihindari sebisa mungkin. Mereka menganggap, jika rumah tangga ada masalah artinya perang, konotasinya negatif, harus sebisa mungkin dijauhi.

Padahal, dalam berumah tangga masalah itu penting. Sebagai kesempatan bagi suami istri untuk mendewasakan diri, meningkatkan kebijaksaan, mendekatkan secara emosional.

Coba ibu perhatikan! Tiap kali ibu ada masalah dengan suami, kemudian kalian bersedia untuk ngobrol dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, disitu ada momen saling mengerti kondisi satu sama lain.

Setelah konflik itu terjadi, kalian biasanya makin mesra, makin dekat, makin hangat dan makin memahami.

Jadi, jangan takut jika ada masalah. Hadapilah dengan berani! Tapi, kembali lagi budaya kehidupan rumah tangga di Indonesia ini unik. Mereka menganggap masalah adalah negatif dan harus dihindari.

Sehingga, tiap kali ada masalah kalian justru diam. Tidak mau membahas karena takut kalau nanti aku jujur, istri bakal marah. Kalau aku bahas nanti istri jadi sedih. Kita bakal marah-marahan dsb.

Akhirnya yang terjadi adalah kita memendam masalah, kita menahan kekecewaan kita sendiri. Kita berpikir, dengan cara seperti ini akan membuat masalah cepat berlalu.

Jadi, jalan terbaik memang suami istri harus terbiasa mengungkapkan kejengkelan atau kekecewaan yang dirasakan meskipun itu masalah sepele.

Karena masalah sepele yang ditumpuk-tumpuk, pada akhirnya akan membuat batin kita penuh. Batin kalau sudah penuh, lama-lama dia bisa meledak dan muntah ke permukaan. Dampaknya, ada yang namanya minggat atau minta cerai secara tiba-tiba.

Yah kasusnya seperti ini, ketika kita hobi menganggap masalah akan selesai seiring berjalannya waktu.

Dan, pada kesempatan kali ini saya akan jelaskan ada 1 jenis kekecewaan yang dirasakan suami dan kekecewaan ini jenisnya sangat sepele tapi bisa membuat suami sedih hingga tega meninggalkan istri demi wanita lain.

Kira-kira, jenis kekecewa apa itu?

Sebelum saya lanjutkan, silakan ibu boleh mencatat nomor konsultasi saya di +62858-8888-4232. Atau bisa klik chat WhatsApp otomatis di bawah video ini.

>> Saya Siap Ikut Bimbingan Rumah Tangga bersama Mbak Meida <<

Melalui nomor konsultasi tersebut, ibu bisa menghubungi melalui chat WhatsApp maupun telepon kemudian menjelaskan detil masalah rumah tangganya seperti apa.

Bimbingan rumah tangga di tempat saya bersifat psiko spiritual. Saya menggabungkan ilmu psikologi dengan kekuatan spiritual.

Jadi, saya tidak sekedar mendengarkan curhat ibu seperti saat ibu curhat pada teman atau keluarganya. Hal pertama yang saya lakukan adalah membantu membersihkan, menetralkan dan menguatkan aura daya tarik ibu.

Medan energi di sekeliling tubuh ibu atau saya menyebutnya sebagai aura, ketika sudah bersih dan bermuatan energi positif, maka aura ini akan memiliki daya yang kuat untuk menarik beragam hal baik dalam diri ibu.

Seperti, lebih mudah meluluhkan hati suami, mengunci fokus suami, meningkatkan kepercayaan diri hingga menarik orang-orang serta situasi yang bisa membantu mempercepat terkabulnya hajat ibu.

Setelah aura diperbaiki, saya juga akan membantu memberikan bimbingan mengenai apa yang perlu ibu lakukan, bagaimana menghadapi suami yang bersikap A, B dan C, keputusan yang harus ibu ambil dsb.

Inshallah ikhtiar kita lebih optimal karena ada ikhtiar lahir berdasarkan realitas dan dilengkapi doa serta energi buka aura.

Nah, bagi ibu yang saat ini ingin segera menyelesaikan masalah rumah tangganya, jangan segan menghubungi saya ya.

Beberapa waktu lalu saya kedatangan klien di kantor saya Samara, Kudus, Jawa Tengah. 1 tahun belakangan ini klien saya super sibuk dengan karirnya.

Beliau ini memang seorang wanita yang tangguh, gigih dalam pekerjaan tapi juga seorang istri serta ibu yang tidak pernah menomorduakan keluarganya.

Karena terbukti, dalam kondisi paling sibuk beliau masih tetap menyiapkan keperluan suami dan anak-anaknya sendiri padahal sudah ada asisten rumah tangganya.

“Saya ini ingin supaya suami dan anak-anak tetap merasakan perhatian saya Mbak, jadi meskipun sibuk saya keluarga tetaplah nomor satu.”

Tapi yang namanya suami buk, terkadang maunya itu banyak. Sang istri sudah membantu menopang finansial keluarga, masih masak, memikirkan pendidikan anak, menyiapkan keperluan suami dari ujung jempol kaki sampai ujung rambut, masih juga dirasa suami kurang perhatian.

Hal ini karena klien saya itu hampir tiap hari pulang larut malam. Klien saya sudah menjelaskan bahwa pulang larut ini memang murni karena pekerjaan, tapi sang suami tidak percaya lalu menganggap klien saya selingkuh.

Nah, sebenarnya kalau saya lihat suaminya ini cemburu dan merasa tidak aman dengan pekerjaan sang istri.

Kemungkinan besar, karir dan hubungan sosial istri semakin naik, semakin baik sedangkan sang suami stuck disitu-situ saja sehingga muncul ketakutan dalam benak suami.

“Gawat! istriku makin populer, kalau gini terus dia bisa lupa sama aku.”

“Lama-lama aku bisa dibuang, gak dianggap lagi.”

Uniknya suami klien ini bukan tipe orang yang suka diskusi dengan sang istri. Lalu suami klien berasumsi negatif dalam pikirannya sendiri.

“Aku nggak dianggap, aku bakal dibuang, aku nggak guna lagi buat istriku!”

Selanjutnya yang terjadi adalah berpikir secara negatif yakni menuduh istri selingkuh, tidak benar-benar kerja dsb. Suami klien memendam kekecewaan dan kejengkelannya sendiri.

Nah untungnya klien saya ini bergegas datang ke kantor saya mengajak sang suami untuk mengikuti konseling.

“Saya sudah jelaskan ke suami tapi suami gak percaya sama omongan saya Mbak! Saya capek.”

“Jadi, saya minta tolong Mbak Meida saja yang menasihati suami.”

Kata klien saya.

Yah akhirnya kita melakukan konseling pasangan, saya meminta klien menjelaskan apa yang diinginkan dari suaminya. Saya juga berikan kesempatan pada suami klien untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya dari sang istri.

Nah, alhamdulillah langsung ada titik temu diantara keduanya sehingga tak ada lagi kekecewaan sepele yang dipendam sendiri.

Kekecewaan dan kejengkelan kita pada pasangan itu harus diungkapkan, jangan takut jika kemudian terjadi masalah karena sekali lagi ingat, masalah itu adalah fase pendewasaan dan pendekatan emosional.

Justru akan sangat berbahaya jika memendam kekecewaan karena saat batin ini meledak karena kecewa dan jengkelnya sudah penuh, maka kita akan mencari pelampiasan. Nah, yang dikhawatirkan pelampiasan ini berupa sesuatu yang buruk seperti perselingkuhan.

Loading

WhatsApp Konsultasi Via WhatsApp