Banyak klien saya yang bilang, “duh suami masuk puber kedua Mbak! Itulah kenapa dia jadi ganjen sama lawan jenis.”
Nah sebenarnya, dalam medis tidak ada istilah puber kedua. Tapi, banyak orang di luar sana yang percaya dengan istilah puber kedua.
Saya sendiri mengartikan puber kedua hanyalah sebagai istilah gaul untuk menggambarkan kondisi atau perilaku pria dan wanita usia rata-rata 40an yang mengalami perubahan.
Perubahan ini lebih tepatnya dipengaruhi oleh kemampuan finansial atau pencapaian karir. Contoh, kita memulai karir usia 20an kemudian struggling dengan karir tersebut sampai usia 30an.
Kita ditempa oleh lingkungan kerja, lingkungan sosial karena memulai tahap kehidupan baru seperti menikah dan memiliki anak. Selanjutnya di usia 40an, kita mulai merasakan keseimbangan atau bahkan kemapanan.
Pekerjaan mulai settle, naik jabatan, pemasukan bertambah, usaha mulai lancar, apa yang kita kerjakan mulai menampakkan hasil, anak-anak sudah mulai mandiri dsb.
Akhirnya ini berdampak pada kondisi emosional kita, yakni muncul perasaan nyaman dan tenang. Kita mulai memasuki zona nyaman dan damai.
Sebagian besar orang menganggap ini adalah waktu tepat untuk menikmati hidup. Tapi sebagian lagi merasa, inilah waktunya untuk mencari tantangan baru.
Karena dia merasa sudah settle dan aman sehingga “jika saya melakukan sesuatu maka tidak akan ada dampak yang berarti.”
Kita itu merasa aman secara finansial dan sudah mapan secara emosional sehingga tidak takut dengan dampak negatif apapun terhadap tantangan yang ingin kita coba.
Nah, alih-alih menikmati masa damai itu sebagian dari kita yang menginjak usia 40an justru melakukan coba-coba. Awalnya percobaan yang dilakukan masih terbilang aman, lebih sering nongkrong bareng teman-teman, mungkin bergabung dengan komunitas seperti geng mobil, melakukan hobi seperti ngegym, bersepeda, golf dsb.
Hal-hal seperti ini membuat pria maupun wanita yang memasuki usia mapan yakni sekitar 40an mulai menata kembali penampilannya sesuai komunitas atau lingkungan baru yang dimasuki.
Jadi lebih rapi, wangi dan menarik. Kemudian cara berpikirnya pun mulai berubah sedikit demi sedikit mengikuti pengalaman barunya.
Nah sebagai pasangan, disinilah kita biasanya mulai curiga. “Kok ada yang beda dari cara berpakaian suamiku. Sekarang lebih necis, wangi, rapi, pokoknya beda lah dari biasanya.”
Seringkali sebagai istri, kita hanya ngedumel di dalam hati tapi tidak bertanya pada suami secara langsung kemudian hanya menganggap itu sebagai angin lalu.
Benar, seperti itu ya buk?
Kemudian perubahan suami tidak sampai disini. Perubahan penampilan dan emosional kemudian menjadi over percaya diri karena lebih mapan, hal ini membuat suami kehilangan kendali atas dirinya.
Dia mudah tergoda, mulai menggoda dan akhirnya muncul celah perselingkuhan baik di lingkungan baru tempat dia bergabung maupun lingkungan sosialnya yang lama.
Lalu apa yang harus dilakukan istri dalam menghadapi perubahan suami yang seperti “remaja” lagi ini?
Saran saya ibu bisa mengikuti ritme suami. Jika suami mulai ganjen, mengubah penampilan kemudian mulai aktif bersosialisasi, maka ibu harus mengimbanginya.
Jika ibu tidak melakukan perubahan apapun, penampilan tidak dibikin fresh, kemudian bersikap pasif, maka suami akan menganggap ibu tidak lagi selevel dengannya.
Penampilan yang harus ibu ubah tidak harus berlebihan. Ibu bisa mulai mengganti warna bajunya yang biasanya hitam menjadi lebih cerah seperti kuning, merah, oren dsb.
Ibu juga bisa mengganti model rambut yang biasa panjang, lurus, terurai kemudian bisa diganti menjadi lebih pendek sehingga terlihat fresh atau beda dari biasanya.
Jika biasanya pagi hari ibu jarang menyapa suami, mulai sekarang cobalah bangun tidur suaminya dikasih kejutan berupa ciuman hangat di dahi, dikasih ucapan terima kasih karena selama ini sudah jadi suami yang baik, perhatian dan bertanggung jawab.
Jika ibu tidak terbiasa melakukan hal ini, mungkin akan sedikit aneh atau canggung. Tapi, tidak masalah buk! Cobalah secara perlahan sehingga ibu jadi lebih terbiasa.
Lakukan perubahan-perubahan kecil yang bisa membantu meningkatkan ikatan emosional antara ibu dan suami sehingga ikatan emosional ini akan menjadi tameng yang bisa melindungi rumah tangga ibu dari pengaruh pihak ketiga.
Nah, selain ikhitar lahir seperti melakukan perubahan ini, ibu juga bisa ikhtiar secara spiritual melalui layanan buka aura.
Tubuh kita sendiri buk, dikelilingi vibrasi energi dengan getaran pada frekuensi tertentu. Ketika vibrasi energi kita ini lemah dan negatif, maka yang tertarik ke tubuh kita ya sesuatu yang sifatnya lemah dan negatif.
Seperti, kita mudah dipengaruhi orang lain, mudah terkena ilmu pelet, tenung, teluh atau ilmu hitam lainnya, sering kepentok sial, tidak beruntung dsb.
Tapi, ketika vibrasi energi kita positif dan kuat, maka yang tertarik ke tubuh kita juga sesuatu yang sifatnya kuat dan positif. Kita didekatkan dengan situasi, kondisi dan orang-orang yang sama baik serta positifnya seperti kita.
Jadi, suami yang keras, berada di bawah pengaruh buruk pihak ketiga, mulai ada perubahan karena usia sehingga mudah tergoda, sehingga kita sebagai istri sulit menasehati, maka inshallah pasca buka aura ini istri memiliki daya tarik yang lebih kuat.
Pengaruh Anda lebih dahsyat dibandingkan pihak ketiga dan tiap kata atau sentuhan yang ibu berikan ke suami inshallah lebih didengarkan serta dirasakan suami.
Buka aura sendiri ada beragam metodenya buk di tempat saya! Bisa buka aura langsung, buka aura jarak jauh melalui video call, buka aura melalui perhiasan spiritual seperti kalung, cincin, gelang, anting dsb.
Ada juga buka aura mandiri dimana saya hanya memberikan panduan melalui chat WhatsApp, kemudian ibu jalankan secara mandiri. Ibu bisa pilih metode buka aura yang paling ibu butuhkan dan sesuai dengan kondisi ibu.
Selanjutnya, bagi ibu yang mantap ikhtiar mengikuti layanan buka aura silakan bisa hubungi melalui chat WhatsApp maupun telepon di nomor 08111 26 4401. Atau bisa klik chat WhatsApp otomatis di bawah ini.
>> Saya Siap Ikhtiar Mengikuti Bimbingan Mbak Meida <<