Apa yang seringkali menjadi sumber konflik antara suami dan istri? Bagi ibu-ibu yang tahu jawabannya boleh banget ditulis di kolom komentar. Saya ingin tahu pendapat ibu-ibu disini.
Sebagian besar dari ibu-ibu disini pasti menjawab, sumber konflik suami istri adalah keuangan Mbak Meida. Anak-anak, komunikasi yang tidak terbuka, mertua, pasangan yang tidak jujur dsb.
Semua itu benar! Tidak ada yang salah.
Tapi berdasarkan pengalaman saya menangani ratusan masalah klien, beberapa hal yang saya sebutkan tadi adalah penyebab turunan. Sumber utamanya bukan hal tersebut.
Lalu, sumber utamanya apa Mbak Meida?
Baik, sebelum saya kasih tahu ibu-ibu apa itu sumber utama konflik suami istri, saya mau share dulu nomor konsultasi saya. Silakan dicatat di nomor 08111 264401.
>> Saya Siap Berikhtiar Melalui Bimbingan Mbak Meida <<
Melalui nomor tersebut, ibu bisa menghubungi saya melalui chat WhatsApp maupun telepon kemudian menjelaskan masalahnya secara detil dan jujur. Sehingga saya bisa membantu memberikan solusi dan bimbingan tepat sesuai kondisi rumah tangganya.
Yang seringkali menjadi sumber konflik antara suami dan istri bukanlah masalah itu sendiri. Melainkan “kondisi mental atau emosi” dari masing-masing pihak. Baik yang memberi pernyataan pertama kali maupun yang memberi respon.
Contoh; Naya yang merupakan seorang istri pada hari ini memasuki masa PMS (Premenstrual Syndrome). Tahu sendiri kan ibu-ibu, di masa-masa ini berarti “Perempuan Menjadi Singa.”
Terjadi gejolak emosi hebat yang membuat Naya mudah marah dengan meledak-ledak meski disebabkan karena masalah sepele.
Di masa PMS ini, Naya mendapati es batu yang telah dibuatnya dalam frezeer tiba-tiba lenyap tanpa bekas.
Hanya gara-gara es batu! Naya melabrak sang suami, menyalahkannya karena tak ijin dulu saat menggunakan beberapa es batu buatannya. Menyudutkan sang suami, membentak bahkan mengungkit kesalahan suaminya di masa lalu.
Sang suami tentu kaget dan balik memarahi Naya. Tak terima dengan hinaan dan bentakan sang istri apalagi hanya karena es batu.
Respon Naya saat melihat es batunya diambil suami tanpa ijin ini terjadi pada masa PMS. Masa dimana wanita, gejolak emosinya sedang naik turun.
Sehingga, hal sepele bisa membuatnya naik darah. Suami yang memahami istrinya karena saat itu sedang PMS, seharusnya tidak perlu marah balik. Melainkan meminta maaf, karena memang salah tidak ijin dulu saat ambil es batu.
Dan, memahami bahwa sang istri sedang melalui masa PMS. “Maka, kesalahan saya meskipun kecil memang tidak bisa ditolerir oleh istri.” Suami seharusnya diam dan mendengarkan omelan Naya.
Berbeda jika saat suami Naya “mencuri” es batu pada masa suburnya si Naya. Bagaimana kira-kira reaksi Naya? Tentu saja! Dia akan menggoda dan meledek manja suaminya.
“Kenapa kamu gak ijin dulu sayang? Aku kan bisa buat es batu lebih banyak”
Perhatikan disini! Perilaku yang sama, tapi mengundang reaksi yang berbeda. Karena kondisinya saat itu juga berbeda.
Kondisi pertama terjadi saat Naya mengalami masa PMS dan kondisi kedua terjadi saat Naya mengalami masa subur.
Ingat! Masa PMS wanita membuat gejolak emosinya naik turun. Masa subur wanita membuat mood wanita selalu baik dan bersemangat.
Semua respon kita terhadap apa yang dilakukan pasangan atau respon pasangan kita terhadap apa yang kita katakan, itu tergantung KONDISI MENTAL atau EMOSI pada saat itu.
Kondisi emosi yang bagus, mendatangkan reaksi yang enak didengar maupun dilihat.
Kondisi emosi yang buruk, mendatangkan reaksi yang sudah pasti di luar dugaan ngerinya.
Jadi, ibu-ibu subscriber saya tercinta, sebelum mengungkapkan suatu hal penting pada suami, perhatikan dulu KONDISI MENTAL atau EMOSI pasangan.
Dan, yang juga tak kalah penting adalah memahami! Saat suami merespon buruk terhadap pelayanan kita, perhatikan apakah saat itu kondisi mental atau emosinya sedang tidak baik?