AWAS! Ini Kesalahan Fatal Pasutri pada 5 Tahun Pertama Pernikahan

Awal-awal menikah pasangan suami istri memasuki masa bulan madu. Semuanya terasa manis, tidak ada cela bahkan kesalahan sedikit saja yang dilakukan pasangan dianggap sebagai hal yang tidak pantas ditegur.

Momen seperti ini biasanya hanya terjadi pada 5 tahun pertama pernikahan. Setelah melewati masa 5 tahun atau tepat pada tahun kelima, biasanya pasutri banyak yang mengalami kejenuhan dan ledakan bom waktu.

Karena selama 5 tahun pertama tadi mereka banyak memendam dan menahan. Suami suka pulang larut malam, tidak pernah ditegur karena istri takut terjadi suami marah dan terjadi konflik besar.

Suami suka meletakkan barang sembarangan setelah dipakai dan istri lah yang selalu membereskan tanpa bantuan suami, tidak pernah ditegur. Karena istri takut suami marah dan terjadi konflik besar.

Istri tidak pandai mengatur keuangan dan boros, tidak pernah ditegur suami. Karena takut istri ngambek dan tidak sayang lagi.

Semua emosi, uneg-uneg dan ganjalan hati yang disimpan ini lama-lama akan menumpuk kemudian ditekan terus dalam ruang batin. Akhirnya ruang batin kita akan penuh kemudian muntah dan meledak keluar.

Terjadilah konflik hebat pada 5 tahun pertama pernikahan. Ada yang selingkuh, ada yang kemudian makin berulah, ada yang tak lagi peduli pada istrinya karena hambar dan alami kejenuhan, ada lagi yang langsung minta cerai.

Itulah kenapa banyak orang menganggap 5 tahun pertama pernikahan adalah ujian. Dan, inilah yang sebenarnya terjadi.

Yakni pasangan suami istri yang masih dalam kondisi bulan madu, tidak berani mengungkapkan emosinya secara jujur. Mereka menghindar, menutupi, memendam, menganggap masalah kecil sebagai angin lalu.

Ini dilakukan karena mereka masih sayang dan segan jika harus menegur pasangannya. Takut terjadi konflik. Padahal, yang terjadi ketika kita terus menahan diri adalah kita akan capek, jenuh dan terjadi bom waktu yang siap meledak kapanpun.

Jadi, inilah kesalahan fatal pasangan suami istri pada 5 tahun pertama pernikahan mereka. Yakni, tidak mengungkapkan emosi secara jujur pada pasangan.

Seharusnya ibu dan suami jujur saja saat merasakan sedih, kecewa, bahagia, marah, jengkel dsb. Jangan takut pasangan akan menjadi tidak sayang atau tidak peduli.

Jangan takut jika akan terjadi konflik besar. Konflik itu dibutuhkan dalam rumah tangga agar kita semakin kreatif mengatasi masalah, kompak, bijaksana dan dewasa dalam menghadapi tantangan berumah tangga.

Seperti itu tips sederhana dari saya, semoga bermanfaat dan bisa diterapkan sehingga mendatangkan kebaikan bagi rumah tangganya.

Jangan lupa silakan subscribe channel YouTube saya ini, Mbak Meida. Tiap hari saya selalu rajin membagikan video mengenai strategi dan metode psikospritual dalam ikhtiar menjaga keharmonisan rumah tangga.

Nyalakan juga notifikasinya agar ibu selalu mendapatkan up to date dengan info terbaru dari saya.

Loading

WhatsApp Konsultasi Via WhatsApp