Waspada Pelakor Model Begini! Dia Tak Butuh Uang Suami Anda tapi Butuh Ini!

Lagi-lagi kita bahas tentang pelakor alias pihak ketiga.

Semoga saja Anda tidak bosan karena pembahasan konten memang terinspirasi dari banyak kasus yang hadir di meja konsultasi saya.

Orang banyak menyebut saya sebagai Konsultan Spiritual Rumah Tangga dan saya sendiri tidak hanya menangani kasus perselingkuhan.

Ada juga suami dan istri yang rumah tangganya goyah karena masalah finansial, anak, komunikasi yang tidak terbuka, mertua, lingkungan sosial, kesehatan, KDRT dsb.

Tapi memang jujur saja sejak 5 tahun terakhir 80% kasus rumah tangga yang saya tangani ini berkaitan dengan perselingkuhan. Sehingga konten yang saya buat pun mengikuti karena inspirasi konten saya memang kasus klien.

Nah ibu jangan khawatir ya terkait kasus klien yang saya share di berbagai platform media. Karena sebelum membagikan kisah klien, terlebih dahulu saya ijin ke klien.

“Ibu boleh gak ya, kalau kasus ibu ini saya angkat jadi sebuah konten. Tentu saja untuk data pribadi ibu dan detail masalahnya seperti apa, tidak saya ungkap. Nah, tujuannya buk supaya istri-istri di luar sana ini terinspirasi. Oh jadi kalau saya ada masalah seperti ini, saya tidak boleh tinggal diam melainkan harus ikhtiar dan ikhtiar seperti ini.”

Jadi inshallah ada hikmah di setiap masalah yang ibu alami. Salah satunya menjadi pengingat bagi kita untuk bersyukur dan berikhtiar setiap waktu demi menjaga keutuhan rumah tangganya.

Nah kembali lagi kita bahas pihak ketiga yang semakin marak!

Akhir-akhir ini mungkin sekitar 1 tahun belakangan, saya mendapati kasus perselingkuhan yang mana pihak ketiga ini bukan lagi sosok inferior yang butuh suntikan dana.

Banyak pihak ketiga yang hadir diantara kebahagiaan sebuah rumah tangga ternyata sosok wanita karir, berpendidikan, punya latar belakang bagus, hadir dari keluarga baik-baik tapi mau-maunya jadi simpanan suami orang.

Ini aneh!

Pihak ketiga identik sekali dengan wanita yang haus akan uang. Selama ini pihak ketiga selalu digambarkan sebagai wanita yang ingin punya duit banyak, ingin sukses, ingin hidup hedon, ingin liburan ke luar negeri, ingin pakai tas branded tapi malas bekerja.

“Kemudian lebih enak jadi baby sugar om-om deh!”

“Gak perlu capek-capek kerja, dimarahin atasan, lembur nyelesaian target, yang ada gaji tetap UMR lebih sedikit kan?”

Dulu memang banyak kasus semacam ini dan sampai sekarang pun masih pihak ketiga yang mendekati suami orang dengan niat mau numpang hidup enak.

Tapi yang bikin saya kaget, ternyata gak kalah banyak wanita ketiga yang mapan secara finansial, cantik parasnya, berpendidikan sosoknya, kok ya mau jadi pihak ketiga.

“Dia ini tidak mengincar harta suami saya Mbak! Dia sudah kaya, sudah mapan! Kendaraan punya, rumah apalagi, usaha juga lancar, bisa dikatakan pelakor ini selevel dengan kekayaan suami saya.”

“Lha terus yang dicari apa Mbak wanita model begini? Bukannya lebih mudah bagi dia cari pria single?”

Kata klien saya.

Saya sendiri tidak bisa menjawab pertanyaan klien saya terkait apa yang sebenarnya dicari wanita ketiga model begini. Karena motif tiap orang melakukan sebuah tindakan itu berkaitan erat dengan pengalaman masa lalu yang pernah dia lewati.

Saya pernah bertemu dengan klien yang merupakan seorang pihak ketiga. Beliau minta tolong pada saya untuk dibukakan auranya sehingga suami orang ini tadi mau menikahinya.

“Saya jadi istri kedua, dinikahin siri pun tidak masalah!”

Kata klien saya.

Saya bingung juga buk, karena beliau ini wanita yang cantik, ramah, lulusan S2, punya pekerjaan bagus dan mapan. Tapi permintaannya sungguh di luar nurul.

Lalu saya tanya langsung ke klien, “apa alasan beliau memiliki niat mau jadi istri kedua ini?”

Beliau menjawab karena suami orang ini sosok yang kebapakan, melindungi, mengayomi dan menyediakan. Menyediakan yang dimaksud klien disini bukan hal yang bersifat materi melainkan imaterill seperti selalu ada, menemani, memberi perhatian, kepedulian, bisa diandalkan dsb.

“Dulu sewaktu kecil, saya tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah Mbak! Ayah saya sibuk kerja, main wanita, mabuk kemudian saya, ibu dan adik-adik saya hidup terlantar tanpa kasih sayang. Kalau uang bulanan untuk makan, main, sekolah, semua dicukupi bapak saya. Tapi, kami haus sentuhan emosional seorang ayah.”

Ungkap klien saya.

Ada kasus lain yang pernah saya tangani dimana seorang wanita bercerai dari suaminya karena diselingkuhi. Klien saya ini sudah menjadi janda tapi masih ada dendam, dia ingin jadi pelakor juga agar bisa melampiaskan rasa sakitnya.

Nah istri model begini adalah istri yang tersakiti karena diselingkuhi suami tapi tidak melewati tahapan proses mengobati luka batin yang tepat.

Klien saya ini membiarkan amarah, dendam, kecewa, jengkel, sakit dan patah hati hidup di dalam hatinya. Mungkin saja beliau sudah ikhtiar mengobati luka batin dan traumanya tapi belum menemukan solusi yang tepat.

Akhirnya apa yang terjadi? Beliau melakukan pelampiasan emosi kepada pihak lain yang tidak bersalah tapi menganggap orang lain tersebut adalah representasi dari mantan suaminya.

Ini menyedihkan!

Kedua kasus yang saya ungkap tadi sama-sama menyakitkan. Dan, saya menarik kesimpulan bahwa perselingkuhan yang didasarkan pada motif selain uang, ternyata ada motif lain yakni dendam.

Klien pertama sulit mengobati luka batin dan mengatasi dendam pada sosok ayahnya yang menyakiti ibunya. Klien kedua sulit mengobati luka batin dan menerima apa yang sudah terjadi pada rumah tangganya.

Sehingga keduanya memiliki luka batin yang belum diobati, mungkin tidak mendapatkan wadah yang tepat untuk curhat dan mendapatkan solusi, mungkin mereka melakukan pelampiasan emosi yang salah sehingga mereka sekarang justru jadi pelaku.

Dalam kasus seperti ini, saya tidak menyalahkan klien saya sebagai pihak ketiga. Saya justru sedih, kenapa tidak sejak awal mereka bertemu saya sehingga bisa saya bantu untuk mengobati luka batinnya. Agar batin mereka bisa plong, lega, bisa menerima apa yang sudah terlanjur terjadi, ikhlas, tenang sehingga energi untuk balas dendam itu pun pelan-pelan luntur.

Nah dalam bimbingan di tempat saya sendiri, saya menyediakan layanan terapi detoks batin.

Dalam Terapi Detoks Batin Mandiri, ibu akan mendapat 3 hal sekaligus. Pertama, rekaman seminar online dimana ibu akan mendapatkan bimbingan dari saya secara langsung cara memaafkan suami dan melepaskan dendam.

Rekaman seminar online ini berdurasi kurang lebih 3 jam yang bisa ibu tonton berulang-ulang agar hasilnya ibu bisa lebih cepat move on dari rasa sakit hati yang diakibatkan suami.

Kedua, ibu akan mendapatkan Audio Meditasi Ikhlas dan Lapang Hati khusus untuk membantu menyembuhkan luka batinnya yang disebabkan oleh masalah rumah tangga.

Audio meditasi berdurasi kurang lebih 30 menit ini ada bimbingan suara saya juga, yang perlu ibu dengarkan tiap malam sebelum tidur. Insyallah bisa membuat hati ibu lebih tenang, ikhlas dan damai.

Ibarat obat, harus dikonsumsi tiap malam dengan dosis yang tepat agar sembuhnya bisa merata serta lebih cepat.

Ketiga, ibu akan mendapatkan buku 30 Hari Memaafkan Suami yang dikirim langsung ke alamat ibu.

Buku ini berisi langkah-langkah konkrit, sikap keseharian yang harus ibu lakukan selama 30 hari ke depan agar ibu mampu menjadi pribadi baru yang lebih kuat, tangguh serta tidak mudah tersakiti lagi ke depannya.

Ayo ibu-ibu, jangan ditunda berobat batinnya! Karena sakit hati dan semua emosi negatif yang terus ibu simpan bisa mengkristal dan menjadi penyakit fisik. Bahkan dendam yang ibu simpan pada akhirnya bisa merusak kebahagiaan orang lain.

Nah untuk pendaftaran Terapi Detoks Batin Mandiri, bisa hubungi saya melalui chat WhatsApp maupun telepon di nomor 08111 26 4401. Atau klik chat WhatsApp otomatis di bawah ini.

>> Saya Siap Ikhtiar Mengobati Luka Batin <<

Loading

WhatsApp Konsultasi Via WhatsApp