Bukan sekedar menengadah
Meminta dan mengiba
Melalui tangan dan mulut yang hina
Aku lantunkan doa yang tak terukur
Berharap kesakitanku tertidur dan tak lagi menegur
Bulan lain bukannya tak meminang rasa iba
Namun, bulan ini aku mendesakNya
Meluluskan apa yang memenuhi jiwa
Segala nafsu di badan telah terikat
Ringan lidah berucap syukur karena nikmat
Kenang dosa dan khilaf yang berlipat-lipat
Berharap Yang Maha Kasih mengangkat
Dalam sengitnya siang dan liarnya sang malam
Aku masih menyebut namaMu hingga dalam
Penuh, utuh dan seluruh
Berharap yang terbatin sembuh dan tumbuh
Aku telah kehilangan bentuk
Menjadi remuk, berkecamuk dan campur aduk
Harus bagaimana aku menghadap dan menjenguk?
Membungkuk, menunduk, mengamuk hingga membusuk
Semua susah dan payah telah kukecap
Ribuan duri kesusahan tak hanya kutatap
Tapi, telah menginap, meresap dan meratap
Harus bagaimana agar tercabut dan tak lagi menetap?
Tengkurap, tiarap, terjerembab hingga terengap-engap
Dalam basah kuyup sembilu aku tetap berangan
Tuhan memandang penuh rindu, lalu melipatgandakan keindahan
Disini aku berpegang pada keyakinan
Jika suatu perjalanan akan selalu ada balasan
Karena yang basah akan mengering dan menghangatkan
Yang keras akan melembut dan menentramkan
Hingga sang waktu mulai menunjukkan
Bahwa ikhtiar dan kesabaran akan selalu menang melawan segala tindakan
Benarkanlah dalam lubuk hati
Tetapkanlah dalam pikiran dan emosi
Jika semua akan selalu ada solusi