Tanda Istri Harus STOP Ikhtiar Gak Perlu Mengejar Suami Lagi

“Saya itu kok capek ya Mbak! Ikhtiaaarr mulu tapi hasilnya zonk. Suami masih gitu-gitu aja, gak ada perubahan.”

Nah, apakah diantara ibu-ibu ada yang masuk fase ikhtiar semacam ini? Sudah ikhtiar lama lalu akhirnya capek. Gak masalah buk, yang namanya ikhtiar itu semangatnya memang naik turun.

Ada kalanya kita semangat, ada kalanya kita down. Saat semangat, apapun omongan orang di luar sana, kita gak gubris. Kalau lagi down, omongan orang lain yang sepele pun bisa bikin kita sakit hati, baper, marah-marah gak jelas.

Tapi buk, disini saya akan jelaskan bahwa jika ibu memang sudah lamaa ikhtiar dan ibu capek, maka silakan berhenti ikhtiar.

“Lhoh serius Mbak Meida?”

Benar buk, saya serius! Silakan ibu berhenti ikhtiar jika ibu alami tanda-tanda yang akan saya sebutkan ini.

Pertama, ibu selalu berusaha sendiri dan tak ada timbal balik usaha dari suami.

Ibu sudah mencoba memperbaiki penampilan, menjadi lebih ramah, patuh pada suami, tidak pernah menuntut. Suami marah, meluapkan emosinya pada ibu dengan sangat heboh, tapi ibu diam. Tidak membalas, selalu menerima apapun itu bentuk perlakuan suami.

Tapi, masih saja kesabaran dan pengorbanan ibu tidak dianggap oleh suami. Maka, saran saya berhenti mengusahakan suami agar kembali buk.

Tanda kedua ibu harus berhenti mengejar suami adalah semakin hari, batin ibu semakin ragu. Ibu bingung dengan kondisi rumah tangga yang ada.

Ini rumah tangga atau kos-kosan. Kok suami bersikap seenaknya sendiri. Pulang, pergi gak ijin, gak pernah ngobrol, gak ada kehangatan, keintiman dsb.

Semakin kita ikhtiar, semakin hati kita ragu sama suami. Apakah ujian ini akan ada ujungnya? Apakah ujian ini akan ada akhirnya? Gak ada sama sekali tanda-tanda perbaikan dalam diri suami maupun rumah tangga ini.

Nah, coba cross check buk! Apakah ibu sudah mulai ragu dengan ikhtiarnya selama ini? Sudah tidak ada kemantapan hati seperti dulu?

Yuk kita cek tanda ibu harus berhenti mengejar suami yang ketiga yakni rumah tangga seolah tak ada tujuannya dan sekedar jalani formalitas.

Suami dan istri yang masih ingin bersama pasti mereka memiliki visi misi jelas. Mereka punya cita-cita bersama terkait keuangan, pendidikan dan pengasuhan anak, masa pensiun nantinya seperti apa dsb.

Disini hubungan ibu dan suami sudah cukup ruwet. Tidak ada gambaran masa depan nanti seperti apa. Obrolan terkait cita-cita masa depan itu zonk. Ibu dan suami sudah tak pernah lagi membicarakan hal-hal terkait masa depan. Kalian sudah malas satu sama lain.

Nah pertanyaannya, dalam kondisi demikian kenapa ibu masih berjuang mempertahankan suami? Lepaskan buk, jangan mengejar suami lagi.

Tanda keempat ibu harus berhenti mengejar suami adalah tiap kali mengingat hubungan dengan suami, rasanya sakit dan nyesek.

Coba ibu tanya ke dalam lubuk hatinya yang terdalam. Tanya benar-benar dengan serius. Kalau nama suami disebut, 3 hal apa yang terbayang dalam benak ibu?

Apakah bahagia, tenang, damai? Apakah sakit, nyesek, dendam, jengkel, marah, sedih, tertekan? Apakah sabar, bertahan, pasrah, bingung dsb?

Sebutkan 3 hal yang terbersit dalam benak ibu ketika mengingat hubungan dengan suami. Nah, apakah ketiga hal yang ibu sebutkan tadi sifatnya lebih ke arah positif atau negatif?

Contoh, ibu menyebutkan bahagia, tenang, damai. Ini artinya bayangan ibu tentang suami positif. Jika ibu menyebutkan dendam, sakit hati, nyesek, ini artinya bayangan ibu tentang suami negatif.

Ayo, coba sebutkan 3 hal tersebut buk! Apakah positif atau negatif? Jika negatif, maka berhentilah mengejar suami.

Tanda kelima ibu perlu berhenti mengejar suami adalah sudah tidak ada komunikasi. Atau kalaupun ada komunikasi, itu terjadi hanya saat suami butuh ibu.

Entah butuh dilayani di kasur, kebutuhan mendesak yang mana hanya ibu yang bisa dimintai tolong dsb. Rumah tangga kok saling mendiamkan satu sama lain, tidak ada obrolan, apa gak nyesek dan menyiksa batin ibu?

Jika ini sudah terjadi, maka lepaskan suami buk!

Tanda keenam ibu perlu berhenti mengejar suami adalah ibu sering sakit-sakitan khususnya sakit kepala, alami masalah pencernaan, gangguan tidur dll.

Atau mungkin ibu alami psikosomatis! Ibu sering sakit atau nyeri pada bagian tubuh tertentu, ibu sudah periksa ke medis, konsumsi obat bahkan dokter bilang tidak ada penyakit, tapi ibu masih sering mengeluh sakit pada bagian tubuh tertentu.

Nah, ini namanya psikosomatis buk. Jika sudah alami demikian, berhenti mengejar suami.

Jadi buk, dari keenam tanda yang saya sebutkan tadi, ada berapa poin yang ibu alami? Jika ibu alami 3 poin saja, saya sarankan lepaskan suami. Jangan terus menerus mengejar suami buk.

Ikhlaskan, lepaskan!

Nah, istri harus ikhlas melepaskan suami disini bukan berarti langsung minta pisah ya buukk.

Saya tidak pernah meminta istri untuk berpisah dari suami, sekalipun dalam keyakinan saya, berpisah itu diperbolehkan tapi merupakan tindakan yang dibenci Allah SWT.

Ikhlas melepaskan suami bisa diartikan, setelah kita mati-matian berjuang, berikhtiar untuk mempertahankan serta menyadarkan suami dari kedzoliman perbuatannya, tapi suami tetap saja menyakiti, maka sudah seharusnya istri BERPASRAH.

Ingat prinsip ikhtiar yang penuh kedamaian ini buukk.. PERJUANGKAN LALU IKHLASKAN!

“Aduh sulit Mbak Meida!”

“Mana mungkin bisa selegowo dan setenang itu”

Benar buk, memang gak mudah. Tapi, alhamdulillah banyak klien saya yang menerapkan prinsip ikhtiar “Perjuangkan lalu ikhlaskan”, suaminya justru pelan-pelan kembali.

Karena istri mulai cuek, sibuk dengan dirinya sendiri, fokus memperbaiki diri, tidak lagi merecoki kehidupan suami, makin hari inshaallah aura istri makin terpancar karena mampu mengendalikan emosi dan jauh lebih tenang.

Ajaib ya buk?! Ketika kita mati-matian mengejar, suami justru makin menjauh. Ketika kita fokus perbaiki diri dan mengikhlaskan apa yang sudah terjadi, suami justru mendekat dengan sendirinya.

Itulah seninya ikhtiar. Kita melepaskan, berhenti mengejar suami bukan karena kita sudah tidak ingin bersama suami, melainkan mengubah fokus dan tujuan sehingga ikhtiar bisa kita lakukan dengan santai. Tidak dalam mode takut kehilangan suami atau takut ditinggalkan suami dsb.

Nah, bagi ibu-ibu yang tertarik dibimbing untuk memancarkan aura daya tarik dan aura ketenangan serta mampu ikhlas melepaskan suami, butuh penguatan dalam ikhtiar mengutuhkan rumah tangga, silakan jangan sungkan hubungi saya melalui chat WhatsApp maupun telepon di kontak 08111 26 4401. Atau klik chat WhatsApp otomatis di bawah video ini.

>> Saya Siap Ikhtiar Spiritual Sama Mbak Meida <<

Loading

WhatsApp Konsultasi Via WhatsApp