Sebelum saya menjelaskan apa alasan istri memilih bertahan dalam rumah tangga meski tidak bahagia, saya mau tanya dulu pada ibu. Kira-kira ada tidak ya disini istri yang merasa tidak bahagia?
Apa yang membuat ibu merasa tidak bahagia dengan pernikahannya? Silakan ditulis di kolom komentar, saya mau baca satu per satu.
Jadi, setelah saya baca “rasa tidak bahagia dalam rumah tangga” disini bervariasi ya. Dan, semuanya diuji dengan masalah yang beragam.
Semua rumah tangga memang selalu diuji sesuai porsinya masing-masing. Ada yang diuji masalah finansial, anak, kesehatan, mertua, tetangga dan ada juga istri yang diuji oleh suami sendiri.
Apapun masalah dan ujian yang saat ini sedang menghampiri rumah tangga ibu, jangan putus asa dulu. Semua bisa diikhtiarkan.
Ibu bergabung di live streaming saya ini pun, ini juga bentuk ikhtiar. Sharing kasus yang dialami, kita bahas bersama, kita cari solusi bareng disini. Dan, saya juga akan bantu doakan.
Bukan hanya saya yang mendoakan, ada banyak follower saya di Instagram, Facebook, TikTok dan YouTube disini juga membantu mendoakan. Pernah dengar ya kalau ada lebih dari 40 orang yang mendoakan inshallah doa kita akan lebih mudah diijabah. Jadi, jangan ragu minta doa di kolom komentar ini.
Nah, tadi ibu sudah menulis ya beberapa hal yang membuat ibu merasa tidak bahagia dengan pernikahannya. Pertanyaan saya persis sesuai judul live streaming saya kali ini, “Mengapa Memilih Bertahan Meski Tidak Bahagia?”
Ibu tahu betul bahwa ibu tidak bahagia dengan segala alasan yang beragam. Tapi kenapa memilih bertahan? Coba tulis lagi alasannya di kolom komentar. Saya ingin tahu apa alasan ibu bertahan.
Baik, cukup beragam ya alasannya.
Berdasarkan pengalaman saya yang alhamdulillah tiap hari mengurus ratusan klien dengan masalah rumah tangga, saya menarik benang merah disini.
Bahwa ada satu penyebab mengapa ibu bertahan yakni, “istri terlalu bergantung pada ikatannya dengan suami, sehingga ini membuat istri merasa tidak cukup yakin dalam membuat keputusan.”
Ingat ya dan tolong digarisbawahi, istri terlalu bergantung pada ikatannya dengan suami. Bukan karena menganggur dan tidak bekerja. Bukan karena tidak berpendidikan. Bukan karena anak.
Ada banyak klien saya yang sangat mandiri. Tidak bergantung secara finansial pada suami, tapi tetap bertahan meski terus disakiti suami.
Ada klien saya yang S2 dan S3 yang saat ini tidak bekerja, tapi kalau mau memulai karir sangat mudah bagi mereka. Tapi, mereka tetap bertahan meski sama suaminya sering disakiti.
Jadi, bergantung pada ikatan disini tidak melulu soal ketergantungan finansial melainkan ada juga istri yang ketergantungan emosi dan sosial. Saya akan contohkan satu per satu kasus klien saya agar bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Pertama, istri yang bergantung pada suami secara emosional. Semalam saya baru saja membuat instagram story ya mengenai judul live streaming ini.
Dan, bisa saya katakan 70% follower saya menyebutkan masih cinta dan sayang sama suaminya. Jadi, tidak bisa meninggalkan.
Mungkin saja ibu-ibu ini usia pernikahannya ada yang sudah puluhan tahun, kemana-mana sudah terbiasa ada suami.
Ada juga yang pernikahan masih seumur jagung tapi mungkin dulu mengenal suaminya cukup lama. Sehingga ikatan emosional diantara keduanya sangat kuat.
Ada lagi klien saya yang dulunya itu non muslim ya kemudian menjadi mualaf karena ikut suami. Setelah beberapa lama menikah dengan suaminya, akhirnya jatuh cinta beneran dengan agama Islam.
Diajari suaminya tentang tauhid dsb. Nah, suaminya ini adalah perantara antara pribadi klien saya dengan Tuhannya. Karena jasa suaminya inilah, klien saya merasa butuh sosok suami.
Inilah yang disebut dengan ketergantungan emosional. Adakah ibu-ibu disini yang mengalami ketergantungan emosional dengan suaminya?
Yang kedua, ada istri yang alami ketergantungan sosial. Dari hasil survey setelah buat story instgaram semalam ya, ada banyak juga ibu-ibu yang memberikan alasan “keluarga besar, lingkungan dan teman-teman.”
Jadi mereka bertahan dalam rumah tangga meski tidak bahagia, karena takut dengan cap buruk dari lingkungan sosial ini tadi.
Takut dikatain tidak becus urus rumah tangga, takut jadi bullyan keluarga besar, takut jadi janda di hadapan teman-teman dsb.
“Bertahan gak apa-apa deh, yang penting status sosial aman dulu!” Seperti itu kurang lebih jeritan hati mereka yang bergantung secara sosial dengan suaminya.
Nah biasanya yang alami ketergantungan sosial dengan suami ini adalah orang terpandang. Takut karirnya rusak, takut imejnya jadi buruk dsb.
Mereka ini istri-istri yang mampu hidup tanpa suami jika dipandang dari segi finansial. Tapi jika dipandang dari segi sosial, mereka bimbang jika harus berpisah dari suaminya.
Yang ketiga, ada istri yang alami ketergantungan finansial. Yang ini sudah jelas, mereka adalah istri yang tidak bekerja, tidak berkarya, tidak memiliki penghasilan. Sehingga sangat bergantung pada suami.
Mereka jelas tidak memiliki keberanian untuk membuat keputusan karena tidak memiliki daya. “Jika saya pilih berpisah, nanti bagaimana kehidupan saya selanjutnya? Saya juga mungkin tidak akan mampu menghidupi anak-anak saya.”
Kurang lebih seperti itu jeritan hati para istri yang kebetulan secara finansial ini bergantung pada suaminya.
Jadi, seperti itu beberapa alasan mengapa istri memilih bertahan dengan suami meski tidak merasa bahagia.
Apapun yang ibu pilih, sudah pasti ada sisi baik dan buruknya. Dan, semua kembali lagi pada iabu. Jika memang pilihannya ini mengandung banyak resiko kemudian ibu siap menanggung resiko ini dalam jangka panjang, maka silakan lanjutkan.
Tapi, jika resiko-resiko yang hadir membuat ibu tidak kuat menanggungnya apalagi sudah terlihat dampak buruknya, seperti mengganggu kesehatan ibu, fokus dan konsentrasinya terganggu, performa bekerjanya juga menurun, kualitas mendidik anak juga memburuk, ini berarti keputusan ibu tidak membawa manfaat dalam hidup ibu.
Dari apa yang sudah saya jabarkan disini, apabila masih ada kendala, kebingungan dalam membuat keputusan. Atau ibu ingin mendapatkan bimbingan lahir batin terkait masalah rumah tangga yang ibu alami, jangan sungkan untuk hubungi saya.
Melalui chat WhatsApp maupun telepon di nomor konsultasi 08111 264401 atau melalui klik chat WhatsApp otomatis di bawah ini.
>> Saya Siap Berikhtiar Melalui Bimbingan Mbak Meida <<