Ini kisah nyata klien yang mengikuti bimbingan spiritual rumah tangga dengan saya. Beliau datang pada saya setelah rumah tangganya dikoyak pelakor.
“Saya tuh gak adil Mbak Meida. Jika dibandingkan dengan pelakor, harusnya saya ada di level yang lebih tinggi. Saya wanita karir, tidak bergantung pada suami, bahkan kadang saya nambelin kebutuhan rumah tangga. Sampai rumah, suami tidak perlu mikir apa-apa. Semua saya siapin dan layanin. Kurang apa saya Mbak Meida?”
Seperti itu kurang lebih curhatan klien saya. Selanjutnya saya tanya pada beliau. Lalu, selingkuhannya seperti apa ibu?
“Aduh.. pelakornya itu gak kerja. Minta dipenuhi kebutuhannya. Bukannya melayani suami, tapi suamiku melayani dia. Kok suamiku mau sih dibodohi seperti itu. Suamiku sering direpotin sama selingkuhannya itu. Minta ini, itu. Semua yang kerjain suami.”
Inilah yang banyak dilupakan pria.
Tugas utama menafkahi harusnya ada di tangan pria. Jika kemudian dia menikah dengan wanita yang mau bekerja dan membantu meringankan kebutuhan rumah tangga, harusnya dia bersyukur dan jangan sampai menyakiti wanita seperti ini.
Tapi, kasus klien saya ini bisa kita jadikan pelajaran. Berdasarkan cerita yang dipaparkan klien saya, beliau mengaku semua hal dalam rumah tangga, beliau yang menghandle.
Suaminya, hanya perlu duduk manis dan semuanya siap. Mungkin juga suaminya tidak tahu betapa repotnya sang istri mengurus anak dan rumah.
Selain semuanya diurus sendiri, mungkin saja istri bersikap angkuh dengan tak mau cerita keluh kesahnya pada suami.
Ini bagus! Mungkin istri berpikir, ingin meringankan tugas suami. Ingin membahagiakan suami karena hanya terima bersih.
Justru kesalahan istri ada disini!
Ego pria sangat besar. Sebesar godzila.
Saat pertama kali bertemu wanita mandiri, dia mungkin terpesona. “Enak nih, punya istri mandiri. Gak ngerepotin dan bisa diajak kerjasama.”
Tapi, setelah menikah, saat semuanya dihandle oleh sang istri, si suami akan merasa tidak berguna.
Istrinya wanita karir, punya uang, semua dikerjakan sendiri. Bisa jadi karena itu, suami merasa keberadaannya tidak penting.
Nah, ketika mengikuti bimbingan spiritual rumah tangga, klien saya ini saya berikan arahan.
Coba sekarang kalau di rumah, ibu tunjukkan sikap lemah dan tak berdaya. Sering-sering minta tolong pada suami. Beli sayur buat sarapan, minta tolong suami untuk antarkan.
Tabung gas habis, minta suami untuk ganti. Teriak-teriak dari dapur, panggil suami pakai panggilan kesayangan dengan nada yang manja, minta tolong ambilkan sesuatu.
Di kantor ibu boleh berkuasa, tapi di rumah ibu harus tampak lemah. Karena pria suka dianggap sebagai pahlawan oleh istrinya.
Jika ibu ingin mendapat arahan dalam membuat keputusan dan mengembalikan keharmonisan rumah tangganya seperti ini, silakan jangan ragu mengikuti konseling spiritual rumah tangga dengan saya.
Cara mendaftarnya cukup mudah! Silakan bisa hubungi nomor konsultasi di 08111264401. Atau klik chat WhatsApp otomatis di bawah ini.
>> Saya Siap Ikhtiar Melalui Bimbingan Spiritual Rumah Tangga <<