Perhatikan! Ini 3 Tanda Suami Gagal Jadi Kepala Keluarga

3 tanda yang akan saya sebutkan disini bisa ibu jadikan referensi untuk memperbaiki diri dan mengajak suami berintrospeksi.

Tapi, bukan berarti 3 tanda ini bersifat baku yang harus ibu patuhi persis 100%. 3 tanda ini juga bukan tanda yang mutlak, yang apabila suami ibu tergolong dalam 3 tanda ini berarti dia suami yang gagal.

Bukan seperti itu ya?

Bahwa kegagalan dan keberhasilan itu pun adalah sebuah proses. Gagal hari ini bukan berarti tidak berhasil di masa depan.

Sangat mungkin apabila hari ini ibu merasakan tanda-tanda kegagalan suami menjadi kepala keluarga, esok hari setelah ibu dan suami saling introspeksi dan mengingatkan, suami bisa meraih keberhasilan menjadi kepala keluarga.

Nah, tanda pertama yang mengindikasikan suami gagal menjadi kepala keluarga adalah menomorsatukan emosi.

Sedikit-sedikit marah. Sedikit-sedikit melampiaskan kemarahan pada istri, anak-anak maupun orang terdekatnya di keluarga. Padahal emosinya itu tersulut karena pekerjaan.

Padahal bukan istri dan anak-anak yang berbuat salah, tapi emosi kemarahannya selalu dilampiaskan pada keluarga. Ini adalah tanda paling jelas bahwa suami ibu gagal menjadi kepala keluarga.

Karena kepala keluarga harus memiliki sikap bijaksana. Tahu bagaimana caranya mengelola kemarahan, bagaimana bertindak ketika menyelesaikan masalah, bagaimana melewati masa-masa sulit dalam berumah tangga.

Jika suami ibu masih emosian, artinya dia perlu lebih banyak belajar untuk menjadi kepala keluarga.

Tanda kedua yang mengindikasikan suami gagal jadi kepala rumah tangga adalah tidak mau mendengarkan dan memahami

Suami ibu cenderung menolak pendapat ibu, bahkan tidak pernah mendengarkan saran, masukan ataupun pandangan ibu terhadap suatu hal.

Dia merasa angkuh dengan posisinya sebagai kepala keluarga, menganggap dirinya paling berhak membuat keputusan, menyatakan diri bahwa keputusan dan pendapat nyalah yang paling benar.

Ini disebut dengan suami super dominan dan egois. Tentu saja, ini tanda paling jelas suami gagal jadi kepala keluarga. Dan, kepala keluarga wajib memiliki kemampuan mendengarkan pendapat anggota keluarga lainnya.

Sehingga tiap keputusan yang dibuat sang kepala keluarga, hasilnya bisa menguntungkan bagi istri maupun anak-anaknya. Bukan membuat dirinya sendiri puas, tapi di sisi lain justru menyakit hati istri.

Tanda ketiga suami gagal jadi kepala keluarga yang baik adalah tidak memprioritaskan keluarga inti

Saya pernah menangani kasus rumah tangga yang mana sang istri telah meninggalkan rumah dan hampir menceraikan suami. Penyebabnya karena sang suami selalu memprioritaskan orang tua dan saudara kandungnya.

“Lho bukannya suami memang masih punya tanggung jawab terhadap orang tuanya ya Mbak Meida?”

Benar sekali!

Tapi prioritas utamanya tetap ada pada anak-anak dan istri lebih dulu ya. Nah, kasus klien saya ini cukup unik. Karena sang istri berkarir, banyak kebutuhan rumah tangga dipenuhi klien saya.

Melihat hal ini, sang suami bukannya termotivasi untuk bekerja lebih keras dibanding sang istri, justru yang terjadi suami enak-enakan. Semua gajinya digunakan untuk renovasi rumah orang tua, kredit mobil untuk orang tuanya dan membantu sang adik buka usaha.

Istrinya sendiri justru diminta menafkahi keluarga termasuk dirinya sendiri.

Jadi, suami dan istri perlu berhati-hati! Bahwa setelah menikah, prioritas utama kalian adalah keluarga. Jika ada masalah, curhat pertama kali sama pasangan. Minta tolong pada pasangan. Kalau lagi dapat rejeki, bahagiakan dulu pasangannya.

Baru setelah itu, boleh kasih ke orang tua dsb.

Nah, dari ketiga tanda ini apakah muncul dalam diri suami ibu? Jika iya, yuk share video ini ke suami ibu. Siapa tahu suami ibu jadi tergugah hatinya untuk belajar menjadi lebih baik dan agar tidak mendapat cap gagal menjadi kepala keluarga.

Loading

WhatsApp Konsultasi Via WhatsApp