Orang-orang selalu bilang kalau lagi puasa, gak boleh marah.
Ini adalah ungkapan yang kurang bijaksana menurut saya. Karena secara tersirat kalimat itu berarti, kalau tidak puasa berarti boleh marah dong.
Bener, kan?
Jadi cara mengungkapkannya harus diganti. Ingat! Lagi puasa, lagi latihan sabar.
Dengan menambahkan kata lagi latihan alias lagi training maka setelah puasa diharapkan kesabaran itu bisa muncul secara otomatis.
Kan sudah latihan sabar agar tidak mudah marah selama 1 bulan. Maka, setelah itu kemampuan sabar ini sudah auto pilot.
Kalau ada orang yang mendzolimi kita, kita tidak perlu berkata sabar lagi. Tameng sabar itu sudah otomatis keluar.
Tapi, sebelum itu kita perlu belajar dulu ya. Kira-kira apa yang bisa kita lakukan selama bulan puasa agar tidak mudah marah pada suami?
Marah adalah emosi yang muncul akibat sesuatu hal yang terjadi tapi tidak sesuai dengan harapan kita. Jadi, kita manusia seringkali berharap banyak hal dari orang-orang di sekitar kita.
Sebagai contoh, kita berharap suami perhatian. Kita berharap suami mau bangun lebih awal membantu kita menyiapkan makanan sahur. Atau at least menemani.
Kita berharap suami pulang bekerja membawakan kita takjil tanpa kita minta. Kita berharap suami ikut bantu menjaga anak-anak dengan mengajari mereka ilmu-ilmu agama ketika kita sibuk menyiapkan buka puasa. Dan sebagainya.
Kita berharap ibadah makin rajin bersama suami di bulan ramadhan, tapi ternyata suami malah ketahuan selingkuh.
Semua hal yang terjadi ternyata tidak sesuai dengan harapan kita. Itulah yang kemudian membuat kita marah. Maka, solusinya seperti apa Mbak Meida?
Jangan berharap pada manusia!
Tadi kan kita menaruh banyak harapan pada suami. Kita ingin suami begini, kita berharap suami begitu tapi kenyataannya suami kita itu manusia lain yang punya preferensi hidupnya sendiri, yang tidak bisa kita kontrol.
Suami kita di luar kendali kita. Kita tidak bisa mengubah cara berpikir dan caranya bersikap terhadap kita. Suami kita hanya akan berubah atas dasar kesadaran dan kemauannya sendiri.
Kita tidak bisa mengontrol mereka. Jadi, agar tidak mudah marah kepada suami, kita harus sadar kunci ini. Yakni, tidak berharap apapun. Andalkan diri Anda sendiri.
Kalau kita diemin begitu saja nanti keenakan suami dong Mbak Meida! Saya tidak minta Anda diam, saya minta Anda berhenti berharap.
Kemudian, ketika Anda ingin marah karena sikapnya yang tak sesuai dengan harapan kita, kritiklah perilakunya bukan orangnya.
Anda tidak membenci suami, Anda benci sikapnya. Kemudian cari waktu ketika mood kalian sama-sama baik. Misalnya, setelah selesai tarawih Anda ajak suami ngobrol.
Ingat! Sambil tetap menghormati suami, sambil terus mengingat semua kebaikannya pada Anda, kemudian jelaskan sikap atau kebiasaannya yang tidak Anda suka.
Insyallah, cara ini akan membantu Anda menahan agar tidak mudah marah pada suami.
Jika cara ini sudah Anda lakukan, tapi tidak kunjung membuat emosi Anda lega, Anda terus uring-uringan dengan sikap suami yang menurut Anda kurang ajar, Anda bisa mengikuti Konseling Rumah Tangga.
KONSELING RUMAH TANGGA dilakukan sebanyak 3 kali telepon. Disini Anda bisa berkonsultasi secara jujur dan terbuka, tanpa perlu khawatir karena masalah dan data pribadi klien menjadi rahasia saya.
Banyak orang berpikir buat apa saya ikut konseling? Curhat kok bayar! Konseling rumah tangga ditujukan untuk menggali sumber masalah Anda.
Setelah saya memahami permasalahan dan penyebabnya, saya akan bantu berikan treatment dan terapi khusus agar masalah Anda bisa segera selesai. Jadi, ini bukan curhat. Dan, saya juga menjamin biaya konseling ini terjangkau.
Untuk mengikuti KONSELING RUMAH TANGGA bisa menghubungi saya melalui nomor konsultasi di +62858-6777-7797 atau klik chat WhatsApp otomatis pada link berikut >> Saya Mau Daftar Konseling.