Kemarin saya dapat pertanyaan yang bagus sekali dari salah seorang follower saya di instagram. Dia ini adalah seorang wanita korban pengkhianatan dari suaminya. Katanya seperti ini, Mbak Meida apakah pernikahan yang indah sekarang sudah tidak ada? Apakah pernikahan yang penuh dengan kesetiaan dan keharmonisan sudah punah? Apakah pernikahan selalu diuji dengan bentuk perselingkuhan?
Jawaban saya, sebagaimana Anda berpikir maka seperti itulah kenyataan yang akan Anda dapatkan. Saya tidak mengiyakan, juga tidak berkata tidak.
Karena sesuai dengan prinsip saya, apa yang kita pirkirkan itulah yang akan mewujud jadi kenyataan. Kalau memang Anda berpikir pernikahan yang indah tidak ada atau pernikahan akan selalu diuji dengan pasangan yang berselingkuh, maka itulah yang akan terjadi.
Anda sudah mengisi pikiran dan perasaan dengan hal-hal yang berbau negatif. Ini jelas akan mempengaruhi keputusan dan sikap yang akan Anda ambil. Memang tidak mudah tetap bersyukur dan berpikir positif di saat pasangan menyelingkuhi Anda di belakang.
Saya benar-benar memahami apa yang Anda rasakan, tapi kalau Anda fokus pada kesedihan ini akan membuat Anda sulit mendapatkan solusi.
Wanita yang bertanya seperti ini mungkin karena dia membandingkannya dengan pernikahan-pernikahan di jaman dulu ya. Kok pernikahan orangtua dan nenek moyang kita di jaman dulu lebih adem ayem. Kasus perselingkuhan tidak ada. Semua pernikahan berjalan harmonis dan baik-baik saja sampai punya cicit.
Kalau ada yang berpikir seperti ini, saya akan mengatakan kalau Anda itu kurang banyak baca buku sejarah dan kurang ngobrol sama orangtua atau leluhur Anda. Pernikahan jaman dulu lebih banyak yang adem ayem karena proses pengasuhannya masih mengedepankan wanita untuk selalu patuh dan tunduk pada pria.
Apapun yang terjadi dalam pernikahan, mau suaminya itu kasar, KDRT atau selingkuh wanita tetap tidak berani berontak. Mereka hanya bisa diam karena suami itu dianggap sebagai dewa yang tidak pernah salah.
Selain itu, wanita jaman dulu tidak sepintar dan seeksis wanita jaman sekarang. Sekarang sudah banyak wanita mandiri, merdeka dan berkarir. Kalau dikasari pria sedikit saja, langsung cemberut, merasa diperlakukan tidak adil, berontak dan berkata kasar. Padahal terkadang wanitanya juga salah.
Wanita jaman dulu, kebanyakan di rumah fokus mengurus anak dan suami. Mau berontak ya bingung nanti makan apa lha wong tidak ada penghasilan. Jadi, sebenarnya jaman dulu dan jaman sekarang itu yang namanya pernikahan tidak ada yang mulus.
Selalu ada masalah, hanya saja sudut pandang manusia yang mulai berubah terhadap pasangan dan pernikahan. Jadi, kesimpulannya 95% pernikahan gagal itu karena ego kita. Ego yang terlalu ditinggikan dan tidak mau mengoreksi diri tiap kali ada masalah. Kuncinya hanya itu.
Kalau kita mampu menghandle ego seperti orang-orang jaman dulu yang mau mengalah, setiap saat introspeksi diri kemudian memahami tanggung jawab dan peran masing-masing, maka pernikahan yang indah itu bisa terwujud.
Sekian dari saya, semoga bermanfaat. Untuk terhubung dengan saya, silakan bisa hubungi melalui telepon/SMS/WhatsApp di nomor +628111264401.