Dimanapun tempatnya, ketika terjadi perselingkuhan yang disalahkan selalu pelakor!
Media massa baik itu di televisi maupun internet, masalah perselingkuhan selalu mengerucut dan mengucilkan pelakor.
Wanita manapun yang sudah mendapatkan cap sebagai pelakor, pasti tidak akan mendapatkan ampun dari netizen.
Sebelum saya jelaskan lebih detil kenapa pelakor tidak selamanya salah, silakan catat dulu nomor konsultasi saya di 08111264401.
Anda bisa berkonsultasi dan mendapatkan sarana spiritual khusus untuk membantu mengatasi masalah rumah tangga Anda.
Atau, untuk cara yang lebih simple silakan Anda bisa menghubungi saya dengan cara klik chat WhatsApp otomatis di bawah ini.
Beberapa waktu yang lalu, ada sebuah drama Korea yang ngehits. Judulnya The World of The Married Couple yang bertemakan tentang perselingkuhan.
Disitu ada artis wanita yang berperan sebagai pelakor, kemudian media sosialnya kena hujatan dari netizen Indonesia.
Padahal di sini dia hanya main peran. Bukan sebagai pelakor beneran. Tapi, sudah kena hukuman sosial.
Ada lagi penyanyi Mulan Jameela. Kebaikan apapun yang dia coba tunjukkan selalu dipandang negatif oleh netizen.
Followernya di Instagram itu hampir sebagian besar juga hatersnya. Yang selalu menghujat dan berkata kasar mengenai cap yang sudah menempel pada dirinya sebagai pelakor.
Ini lucu. Menurut saya sangat lucu. Karena mayoritas masyarakat kita tidak mengetahui fakta perselingkuhan yang sebenarnya.
Mereka tidak berpikir bahwa perselingkuhan itu bisa terjadi karena kedua pasangan itu sendiri. Anda dan pasangan yang menjalin komitmen. Bukan salah orang ketiga.
Anda pasti tidak pernah berpikir kesitu, bukan? Karena orang Indonesia kebanyakan dididik oleh sistem sekolah dan proses pengasuhan untuk blame others atau menyalahkan orang lain atas masalah yang menimpa mereka.
Terbiasa mencari pembenaran dan alasan. Bukannya introspeksi dan memperbaiki diri, tapi malah mencari kambing hitam. Agar kita bisa dianggap sebagai korban.
Begini saja, kalau misalnya Anda dan pasangan itu baik-baik saja. Saling mendukung, menghargai tindakan, saling perhatian, komunikasi berjalan baik, mampu menyelesaikan masalah tanpa konflik atau melempar nada tinggi, apa mungkin mereka pindah ke lain hati?
Tentu saja tidak!
Cinta itu bukan kata benda. Melainkan, kata kerja. Ketika kalian jatuh cinta kemudian menikah, bukan berarti selesai disitu. Kalian harus bekerja untuk terus menghidupkan cinta tersebut.
Beda cerita kalau koordinasi Anda dengan pasangan rusak dalam menghidupkan cinta.
Misalnya, kalian kolot, sama-sama mau menang sendiri, selalu ingin dibahagiakan dan dimengerti sedangkan Anda tidak mau memulainya lebih dulu.
Ya, yang selalu berusaha dan berkorban di sini lama-lama akan lelah. Pas lihat ada pihak ketiga yang menawarkan sesuatu yang lebih membahagiakan, misalnya dia mudah diajak diskusi dan tidak kolot, ya Anda langsung ditinggal.
Saya di sini tidak membenarkan tindakan pihak ketiga. Saya hanya ingin memberitahu Anda bahwa melimpahkan kesalahan sepenuhnya pada pihak ketiga itu tidak ada gunanya.
Karena dia datang di saat hubungan Anda dan pasangan sudah rusak. Melabrak, mendamprat, mengomeli, mengancam dan menghujat pelakor adalah tindakan sia-sia.
Yang justru membuat harga diri Anda jatuh dan tidak ada nilainya.
Jadi, daripada mengeluarkan waktu, pikiran dan tenaga untuk menjelek-jelekkan pelakor lebih baik perbaiki diri Anda.
Fokuslah untuk kembali menata dan melayani suami dengan optimal demi keharmonisan rumah tangga Anda.