Kali ini kita akan kembali membahas tema perselingkuhan. Lebih tepatnya dari sisi pelakor yang seringkali setelah ketahuan selingkuh dengan suami orang, dia akan mengaku sebagai korban.
“Kok bisa ya Mbak Meida, pelakor mengaku sebagai korban. Padahal dia dan suami adalah pelaku lalu korbannya adalah saya, istri sahnya.”
Ya tentu saja bisa ibu. Hal ini dilakukan pelakor sebagai bentuk pembelaan diri. Mana ada sih pencuri yang mau mengakui kesalahannya. Yang ada kalau dia mengakui, bisa-bisa digebukin massa.
Nah sebelum saya jelaskan secara detil kenapa pelakor mengakui dirinya sebagai korban dan bagaimana cara menghadapi hal semacam ini, saya ingin ibu membantu saya membagikan link live streaming saya ini sebanyak mungkin.
Boleh dibagikan di grup-grup WhatsApp, grup-grup Facebook atau dibagikan ke siapapun yang menurut ibu membutuhkan materi ini.
Siapa tahu dengan membagikan materi ini, kemudian teman, kerabat atau saudara ibu ikut bergabung dan terinspirasi dari sini ya.
Sehingga mereka jadi lebih mudah mendapatkan solusi dari permasalahan yang sedang mereka hadapi. Inshallah ini akan jadi ladang pahala juga bagi ibu.
Sudah dibagikan ya? Alhamdulillah, terima kasih. Baiklah, sekarang kita lanjutkan.
Jadi, kenapa pelakor bisa mengakui dirinya sebagai korban? Karena dia dalam keadaan tersudut sehingga perlu membela diri.
Karena posisinya sudah tersudut, pihak ketiga mungkin alami tekanan dan ketakutan. Akhirnya, dia tidak mau jadi satu-satunya orang yang disalahkan. Dia mengaku sebagai korban suami ibu.
Mungkin pihak ketiga ini akan berkata, “saya ini korban, suami ibu yang menggoda lebih dulu, suami ibu yang mendekat dan mendesak lebih dulu, saya sudah menolak tapi suami ibu menangis, memohon dan meminta saya untuk bertahan.”
Dan lain sebagainya. Ada banyak macam kalimat yang dibuat oleh pihak ketiga, sehingga yang tersangka utama dan satu-satunya adalah suami ibu.
“Kalau sudah begini, lalu apa yang bisa saya lakukan Mbak Meida? Kata suami, pelakor yang menggodanya lebih dulu. Tapi kata pelakor, suami menggodanya lebih dulu. Siapa yang bisa saya percaya Mbak Meida?”
Yang perlu ibu percayai adalah diri ibu sendiri. Bukan suami maupun pelakor. Karena posisinya disini baik suami maupun pihak ketiga, sama-sama ingin menjaga imej atau citra dirinya. Agar tidak terkesan tetap baik di mata ibu.
Saran saya, jangan sampai ibu percaya kemudian iba pada pelakor. Karena ada klien saya yang percaya dengan kata-kata pihak ketiga ini.
Jadi, pihak ketiga yang dilabrak oleh klien saya mengakui dirinya sebagai korban dan berjanji akan meninggalkan suaminya. Klien saya termakan oleh janji manis si pelakor.
Selanjutnya klien saya dan pihak ketiga ini menjadi akrab serta saling curhat satu sama lain. Waduh, ini bahaya ya.
Curahan hati kita adalah kelemahan kita. Maka kita perlu berhati-hati memilih teman curhat karena dia bisa mengetahui senjata untuk mematikan atau memusnahkan kita.
Dan, semua tindakan ini dilakukan klien di luar sepengetahuan saya. Di luar bimbingan yang saya berikan. Dan, benar saja akhirnya pelakor menusuk klien saya dari belakang.
Semua curahan hati beliau tentang suaminya, bahwa si suami suka bersikap begini dan begitu, dilaporkan pada sang suami. Akhirnya suami murka dan pergi meninggalkan rumah. Perginya kemana, ya ke pelakor itu tadi.
Itulah kenapa sering saya ingatkan klien untuk menutup akses pihak ketiga. Jangan ada komunikasi sama sekali. Mereka ini manipulatif sekali ya, pandai berkata-kata sehingga mudah membuat orang lain iba.
Padahal itu adalah racun yang dia berikan pada ibu sehingga mental ibu luluh, tidak lagi gigih dan mudah dipengaruhi. Ini trik pihak ketiga yang perlu ibu waspadai ya.
Mereka menggunakan kelemahan, kondisinya yang terpojok agar dikasihani kemudian diberi hati. Setelah dapat hati, mereka akan memutarbalikkan fakta seolah ibulah yang bersikap jahat.
Nah, saya contohkan kisah klien saya disini agar bisa jadi pembelajaran bagi ibu. Apabila pelakor mengakui dirinya sebagai korban, maka jangan percaya. Jangan merasa iba.
Kalaupun memang benar dia adalah korban, lalu apa hubungannya dengan ibu? Tidak ada. Tugas ibu disini adalah menguatkan mentalnya sendiri pasca diselingkuhi suami dan menguatkan kegigihan dirinya menjaga keutuhan rumah tangganya.
Jadi saran saya jangan mudah terlena, jangan mudah iba dan kuatkan mental ibu diri sendiri. Apapun yang diungkapkan pihak ketiga, ibu tampung saja sebagai bahan referensi untuk membuat strategi ke depan.
Seperti itu ibu ya. Semoga apa yang saya bagikan disini bisa bermanfaat, pelan-pelan diterapkan dalam rumah tangganya sehingga tercipta keharmonisan, keutuhan dan keselarasan.
Bagi yang mengalami masalah rumah tangga serupa, maka jangan segan untuk berkonsultasi dengan cara menghubungi saya melalui chat maupun telepon di nomor 08111 26 4401.
>> Saya Siap Mendapat Bimbingan Mbak Meida <<
Atau bagi yang ada di instagram boleh banget untuk DM. Yang ada di facebook, silakan bisa mengirim pesan melalui inbox. Yang ada di TikTok juga bisa mengirim pesan langsung, mohon untuk akunnya jangan dikunci agar saya bisa balas pesan ibu-ibu.
Yang ada di YouTube bisa klik link yang ada di deskripsi di bawah video ini dan nanti akan tersambung langsung ke nomor whatsApp saya.