Motivasi – Pekerjaan termulia di dunia adalah menjadi ibu rumah tangga. Durasi kerjanya 24 jam, 7 hari dalam seminggu.
Jam kerja ibu rumah tangga dimulai sejak pagi buta, saat seisi rumah belum membuka mata.
Dimulai dengan mempersiapkan sarapan bagi semuanya lalu menyediakan kebutuhan kerja untuk suami tercinta.
Tidak ada perintah untuknya. Tapi, ibu rumah tangga mengerjakan semuanya dengan hati tulus dan penuh cinta.
Setelah anak-anak pergi menimba pengetahuan dan suami mencari penghidupan, Anda pikir dia bisa berleha-leha? Ternyata belum bisa.
Setumpuk pakaian kotor menanti tangan halusnya yang mulai mengelupas untuk dikerjakan.
Peluh menetes diantara kedua pelipisnya, tapi itu ternyata tak mampu membuatnya mengeluh keberatan.
Justru ini adalah tanda jika tubuhnya selesai pemanasan dan siap digeber untuk tanggung jawab yang telah menanti dikerjakan.
Menunggu penjual sayur dan sedikit kesempatan untuk mengutarakan pandangan mengenai sekitar adalah momen singkat yang cukup menyegarkan pikiran.
Dia bisa tersenyum, tertawa, jengkel, berduka dan melepas penat saat berkumpul dengan sesama ibu rumah tangga lengkap dilayani penjual sayur langganan mereka.
Tak perlu liburan mahal atau skin care ratusan ribu tiap bulan, gibahan asyik bersama tetangga sudah bisa membuat hatinya terhibur lega.
Uap nasi hangat hidangan makan siang mulai mengepul di balik magic com lama yang warnanya usang dimakan jaman.
Lauk siap disajikan lengkap dengan sambal favorit suami dan anak yang telah dirindukan kepulangannya.
Tapi, mereka yang dinantikan ternyata pulang agak sorean. Jadi ibu rumah tangga kita menikmati me time nya di tengah terik siang dengan mengangkat sepiring nasi di depan televisi dengan ditemani drama ku menangis favoritnya.
Karena bukan putri raja, melainkan pejuang keharmonisan rumah tangga, me time ibu rumah tangga tak bisa lama-lama.
Dia beranjak dari sofa santainya untuk membersihkan dapur dari noda bekas kreasi santapan siangnya.
Sederet tanggung jawab rumah tangga tak selesai di situ saja. Jadi, kesempatan boci alias bobok ciang bagi ibu rumah tangga adalah momen berharga yang tak selalu bisa dia rasa.
Menyapu, mengepel, memastikan seisi rumah bersih dari bakteri dan noda agar suami dan anak aman bercengkrama juga tanggung jawab besarnya.
Ibu rumah tangga tidak digaji dengan uang. Gaji mereka adalah senyuman bahagia dari seluruh anggota keluarga. Dia tidak berharap apapun selain kebahagiaan dan kesehatan suami serta anaknya.
Setiap hari, ibu rumah tangga mendedikasikan waktunya untuk menyiapkan yang terbaik bagi keluarga yang selalu ada dalam doanya.
Tapi, pernahkah sekali saja kita berterima kasih padanya? Atau justru pengabaian dan keluhan yang terus keluar dari mulut kita?
Makanan yang tidak sesuai selera, kita anggap dia tidak memahami kita. Ungkapan lelahnya kita anggap keluhan tak berdasar karena dia hanya di rumah saja.
Ingatlah! Meski dia di rumah saja, beban kerjanya bisa 9 kali lipat lebih besar daripada suami yang bekerja kantoran.
Karena ibu rumah tangga, bekerja tanpa mengenal durasi dan batas akhir.
Dia memang tak sempurna, pekerjaannya terlihat sederhana, tapi jika Anda coba menjadi dirinya satu hari saja, mungkin Anda takkan pernah mampu menjalaninya.
Karena tenaga turbo dan kemampuan multitaskingnya memang kado istimewa dari Yang Maha Kuasa agar ibu rumah tangga kuat menahan segala beban dan prahara.
Jadi, masih tegakah kita mencaci kontribusi besarnya terhadap kemudahan hidup kita?
Para suami, setelah membaca kisah ini, saya harap Anda datang pada istri Anda dan berterima kasih padanya atas segala kemudahan yang dia siapkan untuk Anda.