Saya mau tanya ke ibu-ibu semuanya disini.
Masih ingat tidak saat pertama kali bertemu dengan suami? Dulu bukan suami ya, mungkin baru kenalan atau temannya teman, teman kuliah, teman satu komunitas, saudaranya teman dsb.
Setelah kenal, mulai dekat dan akhirnya memutuskan untuk mengenal lebih jauh atau istilahnya pacaran, ada perasaan greget ya kalau bertemu.
Ada perasaan deg degan, selalu penasaran, ingin bertemu, intinya disini ibu dan suaminya sewaktu itu selalu ingin menghabiskan waktu bersama.
Ibu mau berkorban jauh-jauh datang ke tempat kerja suami untuk mengiriminya bekal misalnya. Suami juga rela jauh-jauh menjemput ibu ke kosannya.
Ibu dan suami selalu mendukung proyek satu sama lain. Ibu rela menemani suami main game sama teman-temannya meskipun menurut ibu itu tidak penting.
Suami mau mendengarkan musik yang ibu suka, mau ikut membaca buku yang ibu suka dsb. Tiap ada masalah, kalian selalu curhat berdua, berusaha membantu memberi solusi dan memecahkan masalahnya.
Semua ini adalah bagian dari rasa ketertarikan ibu dan suami.
Tapi, itu dulu! Sekarang bagaimana? Boleh dong dijawab. Saya ingin tahu bagaimana hubungan ibu dan suami saat ini?
Apakah masih mesra, selalu ingin berdekatan, masih ada perasaan deg deg ser atau malah sebaliknya?
“Dingin Mbak! Sudah kaku, tidak romantis lagi. Sibuk sama dunianya masing-masing!”
Nah ini dia yang akan kita bahas disini. Bagaimana menumbuhkan kembali suasana mesra, hangat dan romantis seperti awal-awal bertemu dulu.
Sebenarnya apa yang ibu-ibu alami disini adalah hal wajar. Sebagian besar rumah tangga memang mengalami emosi naik turun.
Dulu awal-awal bertemu dan menikah, kita masih dalam tahap bulan madu. Masih senang-senangnya.
Kemudian seiring berjalannya usia pernikahan, kita menjauh secara emosional dan fisik karena euforia jatuh cinta ini mulai luntur.
Kita tidak lagi menomorsatukan kebutuhan pasangan. Kita mulai ingin dinomorsatukan pasangan. Suami ibu selalu ingin dibanggakan dan diperhatikan layaknya dia diperlakukan seperti itu oleh ibunya.
Ibu juga sama. Muncul harapan ingin diratukan oleh suami layaknya dulu kita diratukan oleh ayah kita.
Akhirnya apa yang terjadi? Kita saling menuntut. Suami menuntut istri ingin diperlakukan sesuai keinginannya. Istri menuntut suami ingin diperlakukan sesuai keinginannya.
Tapi kenyataannya pasangan kita tidak mampu memenuhi tuntutan kita tersebut. Itulah yang akhirnya membuat ibu maupun suami saling menjauh.
Ibu menjauhi suami kemudian memilih menyibukkan diri dengan urusan anak, rumah tangga, karir dan teman-teman sosialita.
Suami menjauhi ibu kemudian memilih menyibukkan diri dengan pekerjaan, hobi dan teman komunitas.
Nah, ujung-ujungnya rumah tangga ibu dan suami menjadi dingin, kaku dan berbicara hanya saat butuh. Ini sebenarnya siklus yang dialami oleh sebagian besar rumah tangga.
“Lalu bagaimana solusinya Mbak Meida, jika rumah tangga ini sudah terlanjut dingin, kaku dan saling menjauh?”
Kuncinya hanya satu! Yakni saling melibatkan dan terlibat. Ibu harus melibatkan suami dalam segala urusan yang ibu kerjakan. Ibu harus berusaha terlibat dalam segala urusan yang dikerjakan suami.
Sekarang saya mau kasih perintah ke ibu-ibu semuanya. Perintah saya mudah. Inshallah jika dikerjakan akan membawa dampak luar biasa dalam pernikahan ibu dan suami.
Ibu coba pikirkan 2 hal.
Pertama, apa hobi atau minat suami dimana ibu bisa terlibat di dalamnya. Apakah suami ibu hobi naik gunung? Cobalah ikut naik gunung.
Meski ibu tidak suka, malas, takut kecapekan dsb, cobalah untuk belajar menyukainya. Terlibatlah. Tunjukkan rasa penasaran mengenai naik gunung ini, tunjukkan antusiasme saat ibu akan naik gunung dengan suami dsb.
Inshallah ini akan membuat suami senang. Membantu memperbanyak dan memperdalam interaksi ibu dan suami.
Kedua, urusan rumah tangga apa yang bisa melibatkan suami. Apakah ibu ingin suami membantu memasak sesekali?
Goda suami ibu agar mau diajak belanja bareng, menentukan resep dan memilih bahan masakan bersama. Kemudian saat weekend, ajak suami masak.
Inshallah ini akan meningkatkan ikatan batin ibu dan suami. Menguatkan kemampuan bekerjasama sebagai tim, belajar bernegosiasi lalu membuat keputusan untuk kebaikan bersama.
Ibu tidak harus mencintai hobi suami. Suami pun tidak harus pandai mengerjakan urusan rumah. Yang terpenting ada interaksi. Ada kesempatan untuk saling memperhatikan dan fokus pada pasangan.
Seperi itu ibu ya? Jadi, kesimpulannya adalah saling melibatkan dan terlibat dalam kegiatan masing-masing.