Take – Membaca pesan klien dari laptop.
Hari ini saya sedang membalas pesan-pesan klien saya yang sedang mengikuti Konseling Spiritual Rumah Tangga.
Setelah berkomitmen mengikuti konseling, klien saya akan mendapat arahan dari saya untuk tiap keputusan yang akan mereka buat dalam rumah tangganya. Biasanya arahan ini saya berikan melalui telp maupun pesan WhatsApp.
Banyak nih klien saya yang laporan ke saya tiap hari berikut ini, beberapa akan saya bacakan.
“Suami saya sudah mulai berubah Mbak. Sudah mulai perhatian dan lebih sering di rumah.”
“Mbak, alhamdulillah suami saya yakin mau kembali ke saya. Tapi, dalam berhubungan intim belum on Mbak.”
Selanjutnya, saya akan berikan balasan berupa saran-saran yang bisa diterapkan langsung oleh klien.
Jadi, kalau ikut bimbingan spiritual rumah tangga seperti ini enak. Jika ibu lagi galau, stres dengan masalahnya, merasa putus asa dengan ikhtiarnya, ibu bisa langsung chat saya.
Tidak perlu curhat ke teman-teman atau keluarga yang terkadang hanya bikin gosip, bukan memberi solusi.
Sekarang, saya akan baca lagi salah satu pesan dari klien saya.
“Mbak, suami saya kasar. Saya suka dibentak, dihardik dengan kata-kata kotor, diteriaki, disakiti dengan kata-kata yang menyakitkan. Bagaimana cara saya mengatasinya?”
Karena cukup banyak yang mengalami hal ini, jadi langsung saja disni saya akan berikan cara mengatasi suami yang melakukan kekerasan verbal.
Pertama, belajarlah jadi orang yang bisa memberikan kenyamanan bagi suami
Kekerasan verbal cenderung dilakukan oleh orang yang sulit mengatasi emosinya karena masalah di masa lalu.
Kemungkinan besar, dia dulu juga sering dihina, kepercayaan dirinya hancur dan harga dirinya rendah.
Setelah menikah dengan ibu, dia melihat ibu adalah sosok yang lemah dan tidak berani memberikan balasan. Maka ya sudahlah.. ibu jadi pelampiasan dendamnya di masa lalu.
Mulai sekarang, dekati suami secara emosional. Berikan ruang bagi suami untuk bercerita secara jujur pada ibu tanpa menghakimi apapun keputusannya.
Kedua, gunakan bahasa tubuh penuh ketegasan
Saat emosi suami meledak-ledak dan mulai melakukan kekerasan verbal pada ibu, ibu tidak selalu harus membalasnya dengan kata-kata yang kasar juga.
Untuk membuatnya berhenti, cobalah menggunakan bahasa tubuh yang tegas. Contoh, bahasa tubuh yang tegas adalah bahasa tubuh tertutup. Ibu bisa mengambil beberapa sikap berikut;
- Berdiri dengan melipat kedua tangan di depan dada
- Memasukkan kedua tangan di kantong celana
- Berdiri mematung atau kaku
Bahasa tubuh tertutup seperti ini berarti, ibu tidak mau terlibat lebih dalam dengan argumen-argumen yang dilontarkan suami.
Secara perlahan, inshallah dia akan mereda emosinya. Jika sudah mulai nampak tanda-tanda emosi yang mereda, ibu bisa pelan-pelan menanggapi emosi suami.
Langkah ketiganya, rahasia
Ini langkah spesial yang hanya saya bagikan dengan klien yang memang berkomitmen ikhtiar dengan saya.
Jadi, kalau disini ibu hanya mendapat tips umum. Tips khususnya, tentu akan saya bagikan secara rahasia dengan klien saya.
Bagi ibu yang tertarik mendapat arahan seperti klien-klien saya yang lain, bisa berkomitmen dulu dengan saya ya.
Ibu bisa mendaftarkan diri melalui nomor konsultasi 0858677777907. Atau bisa juga klik chat WhatsApp otomatis di bawah ini.