Stop Sekarang! Ini 4 Gaya Komunikasi Penghancur Rumah Tangga

“Mas uang belanja habis”, kata istri pada suami

“Belum ada sebulan sudah minta lagi! kamu jajan terus sih, kalau jajan terus buat apa aku kasih uang belanja, itu kan buat masak biar kita bisa hemat”, jawab suami pada sang istri

“Iya, tapi akhir-akhir ini di kantor lagi banyak kerjaan! sampai rumah capek, aku nggak sempat masak”, kata sang istri

“Kamu sih nggak bisa atur waktu! kamu kan bisa bangun lebih awal untuk masak, kalau jajan terus ya kita nggak bisa hemat lah! Kamu pengertian dikit dong jadi istri, masak uang belanja habis buat makan aja”

Kalimat “kamu sih nggak bisa atur waktu!” ini adalah gaya komunikasi menghina. Termasuk ke dalam salah satu gaya komunikasi penghancur rumah tangga nomor satu, jadi hati-hati yang biasanya bicara dengan gaya komunikasi seperti ini.

Karena bisa menimbulkan ketegangan dalam rumah tangga, lebih parah lagi akan memunculkan kebencian pada pasangan. Meskipun istri pada akhirnya mau mengikuti suami untuk masak dan lebih berhemat, tapi tetap saja perasaan dihina dan direndahkan oleh suami ini bisa membuat istri benci pada suami.

Jika pasangan suami istri terus menggunakan gaya komunikasi menghina watak atau kepribadian, lama kelamaan akan membuat rasa benci kita pada pasangan semakin besar. Ujungnya apa, pasangan akan kehilangan respect satu sama lain. Kita takkan lagi menghormati suami bahkan lama kelamaan kita akan menyepelekan keberadaan suami.

Wah cukup mengerikan ya dampak gaya komunikasi menghina ini, jadi mulai sekarang mari perbaiki gaya komunikasi kita. Kalau bisa justru kita harus menghilangkan kebiasaan menghina ini karena yah siapa sih yang suka dihina buk!

Apalagi dihina pasangan sendiri, pasti rasa menyakitkan itu terasa dua kali lipat. Gaya komunikasi penghancur rumah tangga yang kedua adalah mengkritik, nah gaya komunikasi yang satu ini hampir mirip sebenarnya dengan gaya komunikasi menghina.

Saya akan contohkan!

“Saya jengkel kamu tidak mencuci piring kemarin malam, padahal kamu janji mau membantuku”, ini adalah kalimat keluhan.

“Saya jengkel kamu tidak mencuci piring kemarin malam padahal kamu janji mau membantuku.”

“kamu ini kenapa sih kok pelupa! kamu itu sebenarnya peduli atau nggak sama aku?” ini adalah kalimat kritikan.

Ingat! mengeluh adalah fokus pada perilaku tertentu sedangkan kritikan adalah menambahkan serangan pada watak atau kepribadian seseorang.

Contoh lain yang saya lihat secara langsung di depan meja konsultasi saya ketika saya sedang menangani konseling pasangan. Si istri berkata pada suaminya, “saya tentu ingin masalah ini cepat selesai”, ini adalah kalimat keluhan.

Kemudian si istri melanjutkan lagi, “saya sudah memberikan kebebasan ke kamu untuk segera memutuskan, pilih saya atau wanita itu! Tapi sepertinya kamu tidak mampu melakukannya dan itu membuat masalah itu takkan pernah selesai sampai kapanpun”, ini adalah kalimat kritikan.

Si istri ingin menunjukkan bahwa masalah ini tak juga selesai semata-mata karena kesalahan sang suami. Sekalipun memang benar suaminya ini bersalah, maka mengungkapkan kalimat seperti ini tetap saja tidak akan menyelesaikan masalah.

Justru akan membuat hubungan suami istri makin tegang dan penuh kebencian. Sekarang saya akan berikan beberapa contoh kalimat keluhan dan kritikan, supaya mudah diingat silakan ibu bisa mencatatnya.

Contoh kalimat keluhan, “bensinnya habis! kupikir kamu sudah mengisinya kemarin”

Contoh kalimat kritikan, “bensinnya habis! kok kamu pelupa sih, membiarkanku terlambat seperti ini”

Contoh kalimat keluhan, “kenapa kamu nggak bilang kalau kamu keluar malam minggu ini? padahal aku ingin berduaan denganmu”

Contoh kalimat kritikan, “kenapa kamu mementingkan temanmu daripada aku? aku selalu jadi yang terakhir dalam daftarmu, padahal aku ingin berduaan denganmu malam ini”

Nah, sekarang sudah jelas ya buk perbedaan antara keluhan dan kritikan. Mengeluh itu boleh bahkan sangat boleh untuk mengungkapkan apa yang menjadi uneg-uneg ibu sehingga pasangan tahu dan bisa memperbaiki diri.

Tapi untuk gaya komunikasi mengkritik sebaiknya dihindari karena ibu menyerang watak atau kepribadian pasangan.

Gaya komunikasi penghancur rumah tangga ketiga adalah membela diri. Contohnya, ketika suami pulang terlambat kemudian Anda sebagai istri mengeluh.

“Kenapa nggak ngabarin kalau pulang telat? disini aku khawatir sama kamu”

Lalu suami menjawab, “iya tadi ada kerjaan mendadak”

“Kan kamu bisa buka HP sebentar, kirim WA ke aku! apa sih susahnya, emang dasar kamu yang males, nggak peduli aku lagi”

Nah, ini adalah kalimat kritikan istri pada suami. ketika istri sudah melontarkan kritikan, tentu suami merasa diserang. Saat seseorang merasa diserang, maka dia akan membela diri.

“Kamu itu nggak tahu ya sesibuk apa aku di kantor, banyak target! banyak kerjaan, aku nggak sempet ngabarin! sudahlah yang penting kan sekarang aku udah pulang”, nah ini kalimat membela diri

Apakah tidak boleh membela diri Mbak Meida? Yang namanya orang kalau dipojokkan pasti akan membela diri.

Membela diri tidak akan menyelesaikan masalah karena saat Anda membela diri, pasangan akan kembali menyerang Anda dengan cara menghina dan mengkritik sehingga konflik kalian takkan ada habisnya.

Gaya komunikasi keempat yang merupakan penghancur rumah tangga adalah membangun benteng alias diam 1000 bahasa tiap kali ada konflik atau keluhan datang dari pasangan.

Gaya komunikasi ini banyak dilakukan oleh pasangan suami istri. Contoh, suami pulang terlambat dan ibu sebagai istri terus mengomel. Suami paham bahwa jawaban apapun yang diberikan tidak akan membuat ibu berhenti ngomel.

Itulah kenapa dia memilih membangun benteng dengan cara menyibukkan diri sendiri, main hp, rebahan, kembali bekerja, membaca buku, makan, main sama anak dsb. Dia menghindari ibu, tidak mau menjawab dsb.

Sama halnya dengan ibu ketika marah pada suami, mungkin sesekali ibu pernah menggunakan gaya komunikasi membangun benteng seperti ini.

Ditanya suami diam, diajak bicara diam, kalaupun bicara hanya sepatah atau dua patah kata seperti YA atau TIDAK.

Gaya komunikasi ini sangat buruk dan menghancurkan rumah tangga ibu! Ibu atau suami mungkin berpikir bahwa dengan membangun benteng atau diam 1000 bahasa berarti menghindari masalah. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, ibu dan suami sedang menumpuk masalah.

Membuat masalah kecil, ditumpuk terus dan terus hingga jadi masalah yang besar.

Nah, itu dia buk! 4 gaya komunikasi penghancur rumah tangga, jika terus menerus ibu terapkan dalam berkomunikasi dengan suami maka lama-lama rumah tangga ibu akan benar-benar hancur.

Saya tidak menakut-nakuti tapi ini sudah terbukti terjadi pada para klien yang berkonsultasi dengan saya.

Loading

WhatsApp Konsultasi Via WhatsApp