Happily ever after adalah kalimat yang selalu saya dengar di akhir film DISNEY saat pangeran dan putri kerajaan telah bersatu.
Tapi, tahukah Anda bahwa happily ever after dalam pernikahan itu tidak pernah ada. Tidak ada satu hubungan pun di dunia ini yang selalu bahagia sampai akhir hayat.
Setidaknya ada 5 tahapan kritis yang akan dilalui oleh pasangan menikah. Oh ya, sebelum itu saya akan jelaskan lebih dulu mengenai Cincin Sakinah Kembang Kantil.
Ini merupakan sarana spiritual berupa cincin emas asli dengan energi khusus yang bisa membantu menjaga keharmonisan rumah tangga Anda.
Cara penggunaan Cincin Sakinah Kembang Kantil ini mudah sekali, Anda hanya perlu mengenakannya pada jari manis sebelah kiri kemudian membaca doa khusus dari saya untuk keharmonisan rumah tangga Anda.
Setelah itu, selesai! Anda hanya perlu menjadi istri yang manis dan melayani suami secara optimal.
Untuk pemesanan Cincin Sakinah Kembang Kantil, Anda bisa menghubungi nomor layanan kami di 08111264401. Atau klik chat whatsapp otomatis di bawah ini.
> Saya Mau Pesan Cincin Sakinah Kembang Kantil <
TAHAP PERTAMA – TAHAP REALITA
6 sampai 12 bulan hidup bersama, Anda baru sadar ternyata ada kebiasaan-kebiasaan pasangan yang Anda benci. Meski kalian sudah pacaran 10 tahun, tetap akan ada kebiasaan buruk yang baru Anda sadari setelah menikah.
Inilah tahap realita dimana krisis pernikahan dimulai karena pesona jatuh cinta pada pasangan mulai menghilang.
Dan, Anda melihat pasangan apa adanya termasuk banyak kekurangannya. Inilah yang terkadang menimbulkan konflik.
Bahkan masalah sepele seperti suami yang suka menggunakan barang-barang tanpa ijin, bisa menimbulkan konflik hebat.
TAHAP KEDUA – TAHAP MELENAKAN
Tahap ini berada pada tahap 3-4 tahun pertama pernikahan. Suami atau istri mulai menganggap Anda sebagai hal yang biasa. Anda tidak istimewa lagi.
Kalimat aku mencintaimu sudah tak lagi muncul. Istri fokus pada proses parenting dan suami sibuk dengan karir. Semua sedang berada pada zona nyaman masing-masing.
Tidak ada konflik dan adem ayem, tapi sebenarnya rayap sedang diam-diam menggerogoti fondasi hubungan Anda. Karena lama kelamaan aktivitas rumah tangga menjadi rutinitas yang membosankan.
TAHAP KETIGA – TAHAP PUBER KEDUA
Tahap ini ada pada 5 – 7 tahun usia pernikahan dan saya menyebutkan sebagai masa kritis puber kedua.
Puber kedua tidak selalu identik dengan usia seseorang, tapi juga bisa ditandai dengan usia pernikahan.
Pada tahap sebelumnya, tiap pasangan sudah menjadikan aktivitas rumah tangga sebagai rutinitas biasa, sehingga menimbulkan kebosanan.
Dan, itu membuat mereka mencari-cari sesuatu yang “segar dan indah”, mencari hal baru untuk dinikmati. Biasanya ini terlihat dari kekaguman kita pada lawan jenis.
Teman saya ini kok pengertian banget ya, beda sama suamiku di rumah yang suka bersikap seenaknya sendiri.
Coba kalau masih sama mantan, aku pasti dilayani dengan baik. Istriku selalu menomorsatukan anaknya, apa-apa selalu anak dan anak.
Hati-hati dengan usia pernikahan ini! Ini adalah masa puber yang perlu diwaspadai.
TAHAP KEEMPAT – MASA KLIMAKS
Masa klimaks terjadi pada usia pernikahan 10-15 tahun. Kenapa saya katakan ini masa klimaks? Karena ini adalah masa tersulit baik pada pihak istri maupun suami.
Karena di masa sebelumnya, sudah ada titik konflik maka pada masa ini pasangan tak mampu mengatasinya, akan makin parah.
Tanggung jawab suami dan istri makin bertambah, sibuk dengan urusan masing-masing serta quality time bersama makin berkurang dan kualitas hubungan otomatis menurun.
TAHAP KELIMA – KRITIS PARUH BAYA DAN PERCERAIAN
Masa kritis ini terjadi pada usia pernikahan ke 20-30 tahun. Pada tahap sebelumnya, kita sudah ada titik kritis dan sekarang makin diperparah dengan adanya kekosongan hati atau kesepian batin.
Karena urusan pekerjaan sudah mulai berkurang, kemudian di satu sisi anak-anak telah dewasa dan punya urusan masing-masing.
Jika pasangan kita ketika mengalami kebosanan pada masa sebelumnya, dan dia sudah mencari pengganti kita alias berselingkuh, maka pada masa ini puncak kesabaran kita akan berakhir.
Kita biasanya sudah menyerah. Kenapa di tahap sebelumnya kita masih bertahan? Karena kita berpikir mengenai anak-anak, dan sekarang anak-anak sudah tuntas, maka kita lebih bebas membuat keputusan.
Itulah 5 masa kritis pernikahan. Pada setiap usia membawa tantangan masing-masing. Kita tidak perlu takut, karena itulah resiko dari sebuah kehidupan yakni datangnya masalah yang harus kita selesaikan sebagai bukti keberimanan kita pada Yang Maha Kuasa.