Pernahkah ibu mendengar istilah sindrom istri kesepian? Ini biasanya terjadi saat kebutuhan, kecemasan dan keinginan istri diabaikan oleh suaminya.
Saat istri mendambakan keintiman dan koneksi yang dalam tetapi suaminya memilih untuk tidak menanggapi atau mengabaikannya.
Hal-hal seperti ini jika terus dibiarkan maka bisa berdampak pada kesehatan mental istri yakni merasa kesepian.
Kesepian adalah kondisi mental yang tak banyak diakui klien saya. Mereka jujur dengan kesalahannya dalam berumah tangga. Tapi satu hal yang jarang klien akui adalah rasa sepi, karena bagi klien saya sepi itu terlihat mengenaskan.
Kesepian sendiri sudah menyakitkan ditambah lagi tidak mengakui rasa sepi itu. Ya sudah, lama-lama jika dibiarkan bisa menyebabkan depresi.
Hal ini pun tidak serta merta terjadi ya. Ada penyebabnya dan seringkali penyebabnya itu ya diri kita sendiri.
Berdasarkan ratusan kasus rumah tangga yang saya tangani tiap hari, saya menyimpulkan setidaknya ada 3 penyebab istri alami depresi dan kesepian meski masih ada suami.
PERTAMA
Kehilangan Keintiman Fsik dan Emosional.
Setelah menikah biasanya suami dan istri menjadi sibuk masing-masing. Kesibukan ini akhirnya menimbulkan jarak.
Nah kesibukan ini saya sangat memakluminya, bisa itu karena kurangnya hubungan intim, masalah keuangan, pertengkaran terus menerus karena tema tertentu dsb.
Selain itu, kebosanan juga bisa berdampak pada kehilangan keintiman fisik dan emosional.
Solusi yang saya berikan untuk klien yang kehilangan keintiman fisik dan emosional adalah mulai memperbanyak waktu berdua.
Bisa itu makan di luar rumah seperti dulu waktu pacaran, belanja kebutuhan rumah tangga bersama, masak bareng, olahraga bersama dsb.
Hal-hal kecil yang kita lakukan tiap hari atau rutinitas kita itu bisa bermakna apabila memang kita memaknainya. Bukan sekedar dekat secara fisik tapi juga meniatkan diri untuk dekat secara mental.
KEDUA
Membandingkan Nikmat Diri dengan Media Sosial.
Zaman sekarang, semua orang begitu terpaku pada media sosial ya. Ibu mungkin juga melakukan hal yang sama, suka main media sosial.
Sedih, posting.
Bahagia, posting.
Kecewa, posting.
Marah, posting dsb.
Mulai dari makan dan kencan malam hingga liburan dan segala sesuatu yang kita kerjakan, biasanya kita hobi banget untuk menguploadnya di media sosial.
Bagi saya sebenarnya tidak masalah! Kehidupan ibu, apa yang ibu bagikan adalah hak ibu. Tapi, yang menurut saya kurang baik adalah kebiasaan membandingkan.
Orang-orang biasanya tidak hanya mengupload kegiatan kesehariannya di medsos, tapi juga membandingkan nikmat yang dia miliki dengan nikmat yang dimiliki orang lain.
Kita membandingkan rumah tangga kita dengan rumah tangga orang lain. Kita membandingkan cara kita menikmati liburan dengan cara orang lain menikmati liburannya.
Dan, ini menyebabkan kita merasa kesepian. Karena seringkali nikmat yang kita miliki tidak sebaik nikmat yang dimiliki orang lain. Kita merasa jauh, terpuruk dan akhirnya sepi hingga depresi.
KETIGA
Menggantungkan Kebahagiaan Diri pada Suami
Setelah menikah, kita berpikir bahwa kebahagiaan kita adalah karena ada suami. Ada suami yang menafkahi, ada suami yang memberikan perhatian, ada suami yang peduli dan selalu ada untuk kita.
Tapi pada kenyataannya suami ibu tidak melakukan semua itu. Nafkah untuk ibu kurang, suami ibu tidak peka dan jarang memperhatikan ibu.
Akhirnya ibu merasa sepi dan depresi. Nah, yang perlu diperbaiki disini adalah cara berpikir ibu. Yakni sumber kebahagiaan bukan ada pada suami melainkan ada pada diri ibu sendiri.
Suami kurang perhatian? Sedih, kecewa, marah, boleh. Bahkan jika ibu mengukapkannya pada suami mengenai keluhan tersebut, sangat boleh.
Tapi jangan lemah lalu mengemis perhatian pada suami. Lebih baik gunakan tenaga, waktu dan fokus ibu untuk memperhatikan diri ibu sendiri.
Kadang-kadang, istri merasa kesepian dalam pernikahan karena mereka mengharapkan seseorang di luar mereka untuk membuat mereka merasa lengkap.
Kadang, kita merasa tidak cukup baik sehingga kita butuh validasi orang lain untuk membuat kita merasa baik.
Jadi mulai sekarang ubah mindset ibu mengenai sumber kebahagiaan. Inshallah ke depan ibu tidak akan mudah kecewa, kesepian dan depresi.