Sampai Mana Batas Seorang Istri Harus Bersabar? | Mbak Meida

Raja Firaun memiliki seorang istri bernama Asiyah binti Muzahim. Istri Firaun ini dikenal sebagai seorang wanita  mulia yang sabarnya luar biasa, sopan dan beriman.

Di awal pernikahannya dengan Firaun, Asiyah merasakan kebahagiaan bersama sang suami. Biasalah, baru awal-awal menikah.

Tapi sayangnya, kebahagiaan itu tak lama. Seperti banyak kasus rumah tangga yang saya tangani, manisnya hanya di awal.

Asiyah sering disiksa oleh suaminya sendiri atau istilahnya sekarang KDRT. Meski begitu, Asiyah masih sabar, melayani dan menghargai Firaun sebagai suaminya.

Selanjutnya, Asiyah harus bersabar dan tetap melayani sang suami yang tidak beriman kepada Allah SWT bahkan mengaku sebagai tuhan yang wajib disembah oleh semua rakyatnya.

Asiyah sendiri dipaksa menyembah suaminya sendiri yang perilakunya kejam. Asiyah diikat pada sebuah tonggak, diseret di bawah panasnya terik matahari. Kemudian, kedua tangan dan kakinya dipaku dan di atas punggungnua diletakkan batu yang besar.

Walaupun di dalam hati mungkin sudah seperti para klien saya. Ingin bercerai tapi bingung. Karena berharap suaminya bisa berubah dan mendapat hidayah dari Allah melalui doa-doa yang kita panjatkan tiap hari.

Bahkan kita tahu, Asiyah meninggal dunia di saat disiksa algojo yang diperintahkan oleh suaminya sendiri. Seorang istri meninggal di tangan suaminya sendiri padahal sudah bersabar selama ini.

Apakah kita sebagai istri harus terus bersabar seperti Asiyah istrinya Firaun ini? Apakah batas kesabaran kita, sampai kita dipanggil Yang Maha Kuasa?

Jadi, sewaktu saya mengadakan Terapi Detoks Batin di Bandung, ada pertanyaan bagus dari salah seorang peserta.

Pertanyaannya, Sampai Mana Batas Seorang Istri Harus Bersabar? Beliau juga bertanya, apakah kita harus seperti Asiyah yang bersabar tiada henti? Dari pertanyaan peserta itu, saya jadi terinspirasi untuk membuat informasi ini.

Sebelum saya jawab, saya mau sedikit menjelaskan tentang Terapi Detoks Batin. Terapi Detoks Batin adalah terapi khusus istri untuk membantu mengobati luka batin yang disebabkan oleh masalah rumah tangga.

Seperti, diselingkuhi suami, mendapatkan perlakuan buruk, sikap yang kasar, suami egois, tidak dinafkahi, sering dicemooh, dicaci maki suami dan sebagainya.

Semua sikap buruk suami itu membekas di hati kita. Membuat kita sakit hati dan jika tak diobati bisa mengkristal jadi penyakit.

Apalagi jika kita tidak punya teman curhat yang profesional, yang membantu kita mendapatkan solusi. Kita pendam terus luka batin dan sakit hati ini yang pada akhirnya bisa berubah jadi penyakit fisik maupun batin.

Jadi, kita harus obati luka-luka batin itu. Agar ke depannya kita bisa lebih ikhlas, tenang dan bahagia. Jika kita ingin pertahankan rumah tangga pun, kita perlu obati luka batin ini.

Kita akan kesulitan mengembalikan keharmonisan rumah tangga, jika kita tidak obati luka batin lebih dulu.

Bagi ibu-ibu yang merasa tersakiti disini dan sulit untuk kembali tenang dan ikhlas bisa ikuti Terapi Detoks Batin. Untuk pendaftarannya bisa hubungi nomor 08111264401 atau klik link di bawah ini.

>> Saya Mau Daftar Terapi Detoks Batin <<

Banyak orang berkata, sabar itu ada batasnya. Tapi, prinsip dalam hidup saya, sabar itu tidak ada batasannya. Jika ada batasannya, namanya bukan sabar. Sabar itu ada tingkatannya. Tingkat satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh dan seterusnya.

Klien A yang suaminya selingkuh bahkan sampai menikah siri dan punya anak, masih sabar dan bertahan dengan suaminya. Mungkin klien A ini tingkat sabarnya ada di tingkat 9.

Klien B yang suaminya hobi main game, pulang kerja main game, di toilet sambil main game, dimintai tolong istrinya untuk jaga anak juga sambil game, sampai membuat istrinya tidak sabar lalu menggugat cerai.

Mungkin kesabaran klien B ada di tingkat 3.

Klien A yang sabarnya ada di tingkat 9, jika dia sudah tidak mau menahan rasa sakit lagi dan ingin menyudahinya, itu bisa dilakukan. Maka, sabarnya berhenti di tingkat 9.

Jika pada akhirnya klien A ikhlas dipoligami dan bertahan sampai akhir hayatnya, sabarnya terus meningkat sampai angka 20an.

Klien B yang suaminya pecandu game, tingkat sabarnya berhenti di angka 3. Jika dia mau bertahan dengan sikap suaminya tersebut, bisa saja tingkat kesabarannya naik di tingkat 8.

Semua orang memiliki tingkat kesabaran berbeda-beda tergantung keimanannya dan kemampuannya mengontrol emosi.

Jika ibu mau bertahan dan terus bersabar, meski mungkin saja suami ibu sudah tidak bisa ditolong dan tidak bisa diubah, maka tingkat kesabaran ibu terus naik level.

Jika ibu sudahi, karena pada akhirnya ibu tak mau terus tersakiti, maka tingkat kesabaran ibu berakhir di angka tertentu. Jadi, sabar tidak ada batasnya. Ibu sendiri yang seringkali membatasinya.

Lalu kesimpulannya Mbak Meida, sampai batas mana seorang istri harus bersabar? Tidak ada batasnya. Tidak ada jawaban standar untuk hal itu.

Karena tiap wanita memiliki kemampuan bertahan dalam rasa sakit yang berbeda-beda. Semua tergantung ibu. Saya pribadi jika ditanya, mungkin tidak akan bertahan lama dalam kesakitan.

Karena hidup ini hanya sebentar. Untuk apa menghabiskan waktu yang sedikit ini dalam rasa sakit tiada henti. Lebih baik kita fokus ibadah, meningkatkan karir, membahagiakan anak-anak dan orangtua.

Loading

WhatsApp Konsultasi Via WhatsApp