Saya ciptakan materi ini khusus untuk ibu-ibu yang sedang menghadapi kenyataan harus berpisah dengan suami. Saya yakin, tidak wanita yang menikah dengan tujuan ingin bercerai.
Saya yakin, tidak ada istri yang tidak berjuang. Semua istri yang menghadapi masalah rumah tangga apapun itu, pasti telah berikhtiar sekuat mungkin. Pasti telah mencoba segala cara untuk mempertahankan keutuhan rumah tangganya.
Tidak ada istri yang sengaja “ah aku bosan, mau buat masalah biar bercerai.” Saya yakin itu tidak ada.
Jadi, untuk ibu-ibu yang hari ini harus menerima kenyataan pahit berpisah dengan suami, kalian adalah istri yang hebat. Kalian istri yang luar biasa dan layak mendapatkan tips gratis dan berharga dari saya ini.
Karena apa yang akan saya bagikan disini inshallah bisa membantu ibu lebih cepat move on dari perpisahan dengan suaminya.
Sebelum saya lanjutkan, saya minta tolong pada ibu-ibu semuanya disini untuk membagikan link live streaming saya lebih dulu.
Boleh dibagikan di grup WhatsApp, grup Facebook atau dibagikan ke siapapun yang menurut ibu membutuhkan materi ini.
Siapa tahu dengan membagikan materi ini, kemudian teman, kerabat atau saudara ibu ikut bergabung dan terinspirasi dari sini ya.
Sehingga mereka jadi lebih mudah mendapatkan solusi dari permasalahan yang sedang mereka hadapi. Inshallah ini akan jadi ladang pahala juga bagi ibu.
Sudah dibagikan ya? Alhamdulillah, terima kasih. Baiklah, sekarang kita lanjutkan.
Saya jadi penasaran nih, ibu-ibu disini yang “mohon maaf” sedang menghadapi perceraian dengan suami atau bahkan sudah resmi berpisah dari suaminya, apakah ada?
Kalau ada, saya ingin tahu ikhtiar apa saja yang sudah ibu lakukan untuk mempertahankan rumah tangganya agar jangan sampai berpisah?
Yuk, bisa yuk ditulis pengalamannya di kolom komentar. Saya mau baca satu per satu. Siapa tahu ikhtiar ibu yang saya bacakan nanti, bisa jadi inspirasi bagi istri-istri yang lain sehingga bermanfaat bagi rumah tangga mereka. Coba satu-satu tulis di kolom komentar.
———- baca komentar ————-
Alhamdulillah. Tuh, benar kan apa yang saya katakan? Tidak ada istri yang tidak berjuang. Semua pasti berikhtiar demi keutuhan rumah tangganya.
Sebelum saya lanjutkan, saya ingin kita sama-sama sepakat mengenai makna MOVE ON. Move on bukan berarti melupakan ya ibu-ibu.
Ada klien saya yang mengatakan, “saya ini belum move on dari mantan suami Mbak Meida, karena saya masih sering ingat sama dia.”
Lalu saya tanya klien saya, apakah ibu beberapa waktu ini mengalami kecelakaan lalu amnesia?
“Waduh! Amit-amit Mbak Meida. Saya tidak kecelakaan dan ingatan masih bagus!”
Nah, artinya otak ibu masih sehat. Tidak cacat, tidak lupa ingatan. Jadi, mana mungkin bisa melupakan mantan suami? Jelas tidak bisa! Karena move on bukan berarti melupakan.
Ada lagi klien saya yang curhat ke saya. “Saya sudah mampu move on dari mantan suami Mbak, buktinya saya sudah menikah lagi.”
Ah yang benar? Kalau ingat sikap mantan suami yang dulu pernah KDRT dan menyelingkuhi ibu, bagaimana respon ibu?
“Saya masih nangis dan jengkel Mbak!”
Ini namanya belum move on. Jadi, move on juga bukan berarti bisa membuka hati dan punya pasangan baru.
“Lalu makna move on apa sih Mbak Meida?” Makna move on yang sebenarnya adalah berjalan terus atau melanjutkan.
Dalam proses move on, ibu belajar menerima apa yang sudah terjadi. Ibu tak lagi mengecam masa lalu. Karena ibu sadar bahwa kejadian buruk yang menimpa ibu merupakan tempaan yang membuat ibu jadi pribadi lebih kuat seperti saat ini.
Membuat ibu jadi lebih banyak introspeksi diri dan melakukan perubahan seperti ini.
Bukti dari seseorang yang mampu move on adalah dia masih ingat segala hal tentang mantan suaminya. Dia masih ingat makanan kesukaannya apa, tempat favorit yang sering kalian datangi berdua, cara mantan suami bersikap atau merespon sesuatu, ibu masih ingat detil.
Kapan ibu disakiti, dengan cara apa ibu dikhianati mantan suami, kata-kata atau sikap yang bagaimana yang menyakiti ibu, ibu masih ingat semuanya.
Tapi ketika ibu mengingat itu semua, ibu tidak lagi merasa sakit hati. Ibu tidak lagi sedih, jengkel, marah atau dendam. Ibu santai saja menghadapi ingatan-ingatan itu di masa lalu.
Nah, itu baru namanya move on! “Lalu, bagaimana caranya agar bisa mencapai titik move on yang seikhlas itu Mbak Meida?”
Caranya hanya satu, yakni ibu perlu sadar bahwa move on itu adalah proses. Artinya, tidak perlu terburu-buru untuk menjalani proses tersebut karena butuh waktu yang tidak sebentar.
Apalagi luka perceraian yang disebabkan masalah perselingkuhan atau kekerasan verbal maupun fisik. Itu sangat menyakitkan, jadi butuh proses menyembuhkan diri yang cukup lama. Ada 2 jenis luka yang harus disembuhkan, luka akibat diselingkuhi atau dikasari serta luka perpisahan.
Jadi, jika pasca bercerai kok ibu merasa tidak bisa melupakan, masih sakit hati, kecewa, ingin balas dendam, belum bisa move on, semua itu wajar ibu rasakan.
Terkadang yang membuat kita tidak bisa lekas move on karena kita sering kepoin mantan suami. Benar atau benar?
Kita masih ingin cari tahu media sosialnya, “dia sekarang kaya gimana ya?” “Apakah dia sekarang sudah bahagia dengan selingkuhannya?” “Kapan ya dia bangkrut dan kena sial karena meninggalkanku?”
Setelah ibu lihat, ternyata mantan suami ibu tidak menderita. Dia terlihat bahagia, nyaman dan tenang menjalani hidupnya. Wah, ibu jadi tidak terima melihat hal itu. Akhirnya, inilah yang mendorong ibu terburu-buru move on karena tak mau kalah saing sama mantan.
Ide ini lebih buruk lagi! Karena tujuan ibu untuk move on bukan untuk kebaikan diri sendiri lagi, tapi untuk balas dendam.
Nah, saran saya move on itu harus dinikmati prosesnya. Yang tahu seberapa dalam luka ibu adalah diri ibu sendiri. Yang tahu seberapa lama waktu dibutuhkan untuk sembuh adalah ibu sendiri. Maka, dinikmati saja prosesnya.
Luka, trauma, rasa kecewa, marah, sedih, diungkapkan saja. Kalau perlu datang ke psikolog, psikiater, konsultan untuk mencurahkan emosi-emosi ibu.
Sama seperti klien-klien saya itu tiap hari curhat melalui chat WhatsApp atau kalau mereka lagi ada jadwal telepon, ya ketika telepon itu mereka mengungkapkan emosinya.
Inshallah dengan cara jujur mengakui emosi dan mengungkapkannya pada profesional yang tepat, ini bisa membantu ibu lebih cepat move on.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan klien saya untuk move on adalah 2 tahun. Ada yang lebih cepat dari ini, ada juga yang lebih lambat. Tidak masalah, karena tidak ada standar waktu move on.
Itu dia tips dari saya agar ibu bisa lebih menikmati proses move on. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada live streaming berikutnya.