7 Kekerasan Finansial dalam Rumah Tangga yang Dialami Wanita

Masalah finansial menjadi penyebab perceraian tertinggi di Indonesia. Bukan hanya soal istri yang merasa kurang dan selalu menuntut.

Bukan hanya soal suami yang lebih banyak memberi jatah ke ibu dan keluarganya. Lebih dari itu.

Masalah finansial sangat sensitif dibahas dengan orang terdekat dan seringkali menimbulkan konflik apabila kita tidak berhati-hati dalam mengkomunikasikannya dengan suami.

Dan, berdasarkan pengalaman saya menangani ratusan klien dengan kasus rumah tangga setiap hari, saya bisa menyimpulkan setidaknya ada 7 masalah atau kekerasan dalam rumah tangga terkait keuangan.

Dan, apabila 7 masalah keuangan ini tidak segera diatasi, maka saya bisa pastikan masalah keuangan ini akan merembet ke masalah-masalah yang lain dan mengancam keharmonisan rumah tangga Anda. Bahkan bisa membuka lebar jurang perceraian.

Sebelum saya jelaskan detil, silakan catat dulu nomor konsultasi saya di 08111264401.

Melalui nomor tersebut, Anda bisa berkonsultasi pada saya mengenai masalah apapun terkait rumah tangga Anda.

Baik itu finansial, perselingkuhan, suami suka seenaknya sendiri, istri tidak patuh, lemah syahwat dan sebagainya.

Tapi, perlu Anda ingat! Konsultasi di tempat saya bersifat spiritual. Jadi, jangan kaget kalau nanti saya bekali Anda dengan sarana spiritual berupa aromaterapi, perhiasan samara maupun tasbih.

Selain sarana spiritual itu, saya juga akan berikan bimbingan secara langsung untuk masalah Anda agar segera mencapai solusi.

Karena saya yakin, usaha yang optimal dan didengar oleh Yang Maha Kuasa adalah usaha yang lengkap lahir dan batin.

KEKERASAN PERTAMA, TERTUTUP MASALAH KEUANGAN

Jika suami tidak memberi Anda akses pada penghasilannya per bulan, dapat uang dari mana saja, Anda tidak tahu. Anda hanya dikasih bersihnya saja, hal ini patut dikhawatirkan.

Padahal, aset pernikahan itu mengalir dari berbagai sumber. Dan, itu adalah hak kalian berdua. Tidak memiliki akses untuk hal ini, artinya ini tanda berbahaya.

KEKERASAN KEDUA, PENGELUARAN DIMONITOR DENGAN KETAT

Suami Anda membutuhkan laporan pengeluaran rinci, tanda terima dan uang habis untuk apa saja.

Ini artinya, Anda berada pada masalah kontrol yang tidak sehat. Kemungkinan besar, Anda dicurigai akan menyalahgunakan uang. Yang berarti, suami memang tidak percaya pada Anda.

Bahkan, tiap keping kembalian selalu ditanyakan. Bukan hanya pengeluaran secara fisik, pengeluaran digital pun dia cek secara real time.

Yang punya suami seperti ini, mohon bersabar! Ini ujian.

KEKERASAN KETIGA, MARAH JIKA ANDA MENGELUARKAN UANG UNTUK DIRI ANDA SENDIRI

Jika Anda menggunakan uang untuk diri sendiri seperti pakaian, hiburan, perawatan, makanan dan hiburan lainnya, Anda berada dalam masalah besar.

Padahal, Anda tidak setiap hari melakukan hal itu. Hanya sesekali ketika Anda uang sisa. Tapi, suami tidak ikhlas bahkan memarahi Anda dan mengatakan Anda istri yang BOROS!

Saran saya, sebagai istri carilah uang sendiri. Berkaryalah sekecil apapun penghasilan Anda.

KEKERASAN KEEMPAT, SUAMI BERHUTANG ATAS NAMA ISTRI

Aset pernikahan adalah milik berdua. Perjuangan menuju kebebasan finansial juga dilakukan bersama.

Jadi, tidak pantas sama sekali jika seorang pria membebankan hutang atau kredit atas nama istrinya.

Sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan rumah tangga, jika memang keuangan Anda sangat mendesak, hutang dan kredit harus atas nama suami.

Kemudian, untuk membayarnya, bisa dilakukan bersama. Bukan dibebankan pada istri saja, lalu kabur dengan wanita lain.

KEKERASAN KELIMA, SUAMI MEMENTINGKAN HOBINYA

Pengeluaran suami banyak dihabiskan untuk hobinya. Tapi, untuk hiburan dan liburan bagi Anda dan anak-anak, dia tidak memikirkan hal itu.

Ini berbahaya, karena Anda akan terus menggerutu karena merasa tidak adil.

KEKERASAN KEENAM, PASANGAN MELARANG ANDA BEKERJA

Jika suami tidak mengizinkan Anda bekerja di luar rumah, banyak masalah akan muncul.

Saya tidak bicara soal istri yang patuh pada suami dsb ya. Tapi, efek negatif bagi wanita yang tidak bekerja, tidak hanya soal keuangan, tapi masalah mentalnya.

Dia akan merasa dibatasi, tidak memiliki eksistensi sosial, merasa terkungkung, fokusnya hanya di rumah.

Justru, hal-hal inilah yang membuat wanita jadi terlalu bergantung pada suami. Sedangkan, di satu sisi suami juga tidak mau jika wanitanya terlalu bergantung padanya.

Ditambah lagi suami pelit dan tidak terbuka soal keuangan. Wanita yang akan susah di sini.

KEKERASAN KETUJUH, SUAMI LEBIH BANYAK MEMBERI JATAH PADA IBUNYA

Tanggungan yang utama dan pertama bagi suami adalah istri dan anak-anaknya.

Setelah kebutuhan anak dan istri terpenuhi, baru memikirkan jatah untuk ibunya. Meskipun suami sampai mati tetap bertanggung jawab terhadap orangtuanya.

Tapi, perlu diingat, bagi suami yang memang penghasilannya lebih-lebih.

Kalau untuk kebutuhan keluarga sendiri masih sangat kurang, ya jangan mikir ibu dulu. Penuhi dulu sandang, pangan dan papan untuk anak istri.

Toh tanggung jawab membantu orangtua tidak harus selalu berupa bantuan finansial. Suami bisa membantu bapak ibunya dengan berkunjung, mendengarkan ceritanya, membantu dengan tenaga dsb.

Loading

WhatsApp Konsultasi Via WhatsApp